STUDI PERBANDINGAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD MASSENREMPULU KABUPATEN ENREKANG
DAN RSU ANDI MAKKASAU PAREPARE
COMPARATIVE STUDY
OF RISK FACTORS FOR CORONARY HEART DISEASE IN EVENTS HOSPITAL MASSENREMPULU ENREKANG
AND RSU ANDI MAKKASAU PAREPARE
Andriati, Haniarti, Kheriyah
Djamal
Andryahlintikpuber@gmail.com
ABSTRAK
ANDRIATI, Studi perbandingan faktor risiko
kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan
RSU A. Makkasau Parepare, di bimbing oleh HANIARTI dan KHERIYAH DJAMAL.
Penyakit Jantung Koroner
(PJK) merupakan kondisi yang terjadi akibat penumpukan plak di arteri jantung
mulai dari terjadinya ateroklerosis (Kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi
penimbunan lemak atau plak pada dinding arteri koroner, baik disertai gejalah
klinik atau tanpa gejala sekalipun sehingga mengakibatkan suplai darah ke
jantung menjadi terganggu. Hal ini dapat di sebabkan oleh beberapa faktor
risiko yang berhubungan dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk melihat
faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat terkait dengan
kejadian penyakit jantung koroner melalui metode survey terhadap 26 sampel,
dengan menggunakan metode Analisis Interpretative Structural Modelling (ISM).
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa (1) faktor penyebab kejadian penyakit jantung koroner yaitu
merokok, hipertensi, umur, diabetes militus dan obesitas, (2) faktor risiko
kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang
adalah merokok, konsumsi alkohol, hipertensi, kegemukan, gaya hidup buruk dan
stres sedangkan yang menjadi faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di
RSU A. Makkasau Parepare adalah Diabetes
militus, Merokok, Riwayat Keluarga, Kolesterol, Kegemukan dan gaya hidup buruk,
dan (3) faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD
Massenrempulu Kabupaten Enrekang yaitu Hipertensi dan faktor risiko utama
kejadian penyakit jantung koroner di RSU A. Makkasau Parepare adalah gaya hidup
buruk.
Kata Kunci : Faktor
risiko, Penyakit jantung koroner, RSUD
Massenrempulu Kabupaten Enrekang, RSUD andi Makkasau Kota Parepare
ABSTRACT
ANDRIATI, comparative study of risk factors for coronary heart disease
events in hospitals Massenrempulu Enrekang and RSU A. Makkasau Pare Pare,
guided by HANIARTI and KHERIYAH Djamal.
Coronary Heart Disease (CHD) is a condition
that is caused by the buildup of plaque in the coronary artery from the
occurrence of atherosclerosis (stiffness of the arteries) and that has been
accumulation of fat or plaque on the walls of coronary arteries, both
accompanied gejalah clinic or without symptoms even causing the blood supply to
the heart becomes impaired. This can be caused by several risk factors
associated with the behavior of the community itself. Therefore, this study
aimed to examine factors related to people's behavior associated with the
incidence of coronary heart disease through a survey of 26 sampling method,
using analysis of Interpretative Structural Modeling (ISM).
The results showed that (1) the factors causing
the incidence of coronary heart disease are smoking, hypertension, age,
diabetes mellitus and obesity, (2) risk factors for coronary heart disease
events in hospitals Massenrempulu Enrekang are smoking, alcohol consumption,
hypertension, obesity, poor lifestyle and stress while being a risk factor for
coronary heart disease events in RSU A. Makkasau Pare Pare is diabetes
mellitus, smoking, family history, cholesterol, obesity and poor lifestyle, and
(3) the major risk factors for coronary heart disease events in hospitals
Massenrempulu Enrekang is a major risk factor for hypertension and coronary
heart disease events in RSU A. Makkasau Pare Pare is a poor lifestyle.
Keywords: Coronary heart
disease, risk factors, RSUD Massenrempulu kabupaten Enrekang, RSU Andi Makkasau
Kota Parepare.
PENDAHULUAN
Kematian merupakan salah satu keadaan yang dapat
menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah penduduk. Semakin tinggi umur
kematian rata-rata, secara tidak langsung dapat menunjukkan bahwa derajat
kesehatan semakin tinggi. Dan secara global dapat pula dikatakan bahwa semakin
tinggi derajat kesehatan akan terjadi suatu pergeseran penyebab kematian dari
golongan penyakit infeksi. Informasi mengenai penyebab kematian ini sangat penting, karena selain berguna untuk
mengetahui keberhasilan program kesehatan dapat pula digunakan dalam menyusun
perencanaan program kesehatan.
Peningkatan pelayanan kesehatan menimbulkan dampak
positif, semakin baik pelayanan kesehatan, saranan kesehatan dan masyarakat
terhadap kesehatan mampu meningkatkan angka harapan hidup. Namun, disisi lain
ada dampak negative dari perubahan gaya hidup yaitu kurangnya sarana dan
prasarana kesehatan dan minimnya sumber daya manusia (SDM), yang sangat berpengaruh terhadap
peningkatan pelayanan kesehatan. Pergeseran pola penyakit di masyarakat yang
semula didominasi oleh penyakit menular dan infeksi berali ke penyakit
degeneratif. Namun, perkembangan melaju begitu cepat seiring dengan perkembangan
dunia industri dan tehnologi di era modernisasi dan globalisasi. Berbagai
transisi yang ada, baik transisi demografik, sosial ekonomi maupun epidemiologi telah menimbulkan
pergeseran-pergeseran, termasuk dalam bidang kesehatan. Angka kematian menurun
dan usia harapan hidup secara umum semakin panjang,
pola penyakit dan penyebab kematian telah berubah. Penyakit-penyakit yang
mematikan bukan lagi penyakit menular, namun telah bergeser ke arah
penyakit-penyakit tak menular seperti jantung koroner.
Di belahan negara dunia, penyakit jantung merupakan
penyebab kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa. Setiap tahunnya, di
Amerika Serikat 478.000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 1,5
juta orang mengalami serangan jantung, 407.000 orang mengalami operasi
peralihan, 300.000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa
diperhitungkan 20.000 - 40.000 orang dari satu juta penduduk menderita penyakit
jantung koroner (PJK). Diseluruh dunia, penyakit jantung koroner merupakan
kausa utama kematian. Menurut estimasi para ahli badan kesehatan sedunia (WHO),
setiap tahun sekitar 50% penduduk dunia meninggal akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah. Berdasarkan laporan world
health statistic 2008. tercatat 17,1 juta orang meninggal di dunia akibat
penyakit jantung koroner dan diperkirakan angkah ini akan meningkat terus
hingga 2030 menjadi 23,4 juta kematian di dunia atau merupakan 43% penyebab
kematian (Rilantono Lily I, 2012).
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan angka
penyakit jantung koroner di Indonesia dimana
sosok penyakit
ini sangat menakutkan dan masih menjadi masalah,
baik di Negara maju maupun berkembang. Beberapa
penelitian klinik dan epidemiologi menunjukkan peningkatan prevalensi setiap
tahun.
Budiarso dkk, (1989) melaporkan prevalensi penyakit
jantung koroner di Indonesia adalah 18,3/100,000 penduduk pada golongan usia
15-24, meningkat menjadi 174,6/100,000 penduduk pada golongan usia 45-54, dan
meningkat tajam menjadi 461,9/100,000 penduduk pada usia lebih dari 55 tahun (Nurulita et al., 2013).
Menurut WHO (2006), diperkirakan pada tahun 2015, 20
juta penduduk dunia akan meninggal disebabkan penyakit-penyakit kardiovaskular
(terutama karena serangan jantung dan stroke). Berdasarkan data Riskesdas 2007 -2008 , prevalensi
nasional penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
dengan gejala). Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi penyakit jantung di
atas prevalensi nasional. Dan salah satunya yaitu Sulawesi Selatan. Prevalensi
penyakit jantung di Sulawesi Selatan yaitu 9,4% di atas rata-rata prevalensi
nasional (7,2%). Prevalensi suspek PJK di Sulawesi Selatan yaitu 3.87% dan termasuk dalam kategori tinggi (Citrakesumasari, 2013).
Data laporan tahunan penyakit
jantung koroner di RSU
Andi Makasau kota Parepare pada tahun
2012 adalah
sebanyak 147 kasus, tahun 2013 adalah
sebanyak 132 kasus, dan pada tahun 2014 adalah sebanyak 328
kasus.
Data laporan tahunan penyakit
jantung koroner pada RSUD Massenrenpulu Kabupaten Enrekang pada tahun 2012 adalah
sebanyak 33 kasus, tahun 2013
adalah sebanyak 84 kasus dan pada tahun 2014 adalah sebanyak 241 kasus.
Bukti-bukti epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit
kardiovaskuler adalah suatu penyakit yang banyak dipengaruhi oleh gaya hidup
yang tidak sehat. Sesudah lebih dari tiga puluh tahun dengan keberhasilan
Framingham yang intensif dan terus menerus, maka
ditemukanlah faktor-faktor yang mempermudah terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Diantara faktor-faktor tersebut ada yang bisa dipengaruhi dan ada yang tidak.
Yang bisa dipengaruhi adalah tekanan darah tinggi, kadar kolesterol, kadar gula
darah yang tinggi, kebiasaan merokok, kebiasaan yang suka makan banyak dan
kurang olahraga yang menyebabkan kegemukan. Sedangkan yang tidak dapat
dipengaruhi antara lain umur, jenis kelamin, keturunan (genetik).
Penyakit jantung koroner telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat dan kini menjadi pembunuh terbesar di beberapa Negara.
Penyakit ini jarang ditemukan di daerah tropis dan Negara-negara berkembang. Penyakit ini paling banyak
ditemukan di Eropa Utara, Amerika Utara, dan Australia yang tampaknya penyakit
ini berkaitan erat dengan gaya hidup karena orang dari Negara berkembang yang
pindah ke Negara makmur lebih banyak yang terkena penyakit ini dari pada jika
mereka tetap tinggal di Negaranya.
Rumusan
masalah penelitian ini adalah:
1.
Mengedintifikasi faktor penyebab kejadian penyakit jantung koroner.
2.
Faktor apa saja yang menjadi faktor risiko penyakit jantung kororner di
RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare?
3.
Yang manakah faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di
RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare?
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor kejadian penyakit jantung koroner.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab kejadian
penyakit jantung koroner yang ada di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan
RSU Andi Makkasau kota Parepare.
3. Untuk mengetahui Faktor risiko
utama yang menyebabkan penyakit jantung kororner di RSUD Massenrempulu
Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare.
Kedunaan penelitian ini adalah :
1.
Diharapkan
hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan bagi peneliti
selanjutnya khususnya dalam bidang penyakit jantung koroner.
2.
Hasil ini
diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam menentukan upaya
preventif penyakit jantung koroner di masa yang akan datang.
3.
Sebagai bahan masukan bagi RSUD
Massenrenpulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare dalam
upayah program penyediaan fasilitas pengobatan penderita penyakit jantung
koroner.
4.
Sebagai
sarana aplikasi ilmu yang sangat baik dalam mengembangkan dan memperdalam
pengetahuan, khususnya wawasan tentang penyakit jantung koroner.
Metode Dan
Desain Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian deksriptif yang mendeskripsikan perbandingan faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian
penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi
Makkasau kota Parepare dan dengan Desain Survey.
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Massenrempulu Kabupaten
Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare, berlangsung selama 2 bulan yaitu dari bulan Mei sampai juni 2015.
Instrumen penelitian adalah
suatu alat untuk mengukur suatu variabel. Instrument dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner sebagai pedoman wawancara mendalam secara terpimpin
kepada responden.
Populasi penelitian ini adalah orang-orang yang
terlibat dalam
penanganan penyakit jantung koroner baik
secara langsung maupun tidak langsung di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi
Makkasau kota Parepare.
Penelitian dengan model Interpretative
Structural Modeling (ISM) tidak membutuhkan sampel yang banyak (Saaty
dan Eriyatno, 1999). Jumlah pakar atau praktisi
sebagai sampel yang diisyaratkan cukup beberapa orang dengan prioritas yang
memiliki tingkat pemahaman, penguasaan, atau yang terlibat langsung dalam bidang tugas penanganan penyakit jantung koroner sehingga jumlah sampel ditetapkan sebanyak 26 orang (13 orang dari RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang
dan 13 orang dari RSU Andi Makkasau kota
Parepare ) yang berperan dalam
penanganan penyakit jantung koroner yaitu Dokter Interna, Perawat, Petugas instalasi Gizi
dan keluarga pasien.
Teknik pengumpulan data
Tahapan kegiatan pengumpulan
data yang di lakukan dalam penelitian yaitu Penetapan elemen dan sub elemen.
Elemen adalah unsur penelitian yang ditetapkan dengan mengacu pada tujuan
penelitian. Dalam penelitian ini hanya dua elemen yang di tetapkan yaitu faktor
faktor yang menjadi risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Setiap elemen
kemudian dijabarkan atas jumlah sub elemen berdasarkan pertimbangan : (1)
tujuan penelitian yang di capai, (2) model analisis yang akan di gunakan, dan
(3) hasil konsultasi para pakar atau pejabat yang berkaitan dengan fokus
penelitian ini.
Untuk mengedentifikasi faktor
risiko kejadian penyakit jantung koroner
maka di tetapkan 15 faktor dugaan yang menjadi penyebab kejadian
penyakit jantung, dimana responden di upayakan untuk memilih diantara 15 faktor
dugaan yang di anggap sebagai penyebab kejadian penyakit jantung. Di antara
faktor tersebut yaitu :
1.
Umur
2.
Jenis kelamin
3.
Pekerjaan
4.
Diabetes Militus
5.
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
6.
Merokok
7.
Sters
8.
Riwayat keluarga
9.
Aktifitas Fisik
10. Pola makan
11. Kolesterol
12. Kegemukan (obesitas)
13. Gaya Hidup buruk
14. Konsumsi Alkohol
15. Emosi
Untuk menganalisis faktor
risiko penyakit jantung koroner pada masing masing rumah sakit yaitu RSUD
Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare melalui interpretative structural modeling (ISM), di
tetapkan 15 sub elemen yang terdiri atas :
1.
Umur
2.
Jenis kelamin
3.
Pekerjaan
4.
Diabetes Militus
5.
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
6.
Merokok
7.
Sters
8.
Riwayat keluarga
9.
Aktifitas Fisik
10.
Pola makan
11.
Kolesterol
12.
Kegemukan (obesitas)
13.
Gaya Hidup buruk
14.
Konsumsi Alkohol
15.
Emosi
Unruk menganalisis faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten
Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare melalui model interpretaitive structural modeling (ISM), maka di tetapkan 15 sub elemen sebagai faktor
dugaan yang terdiri atas :
1.
Umur
2.
Jenis kelamin
3.
Pekerjaan
4.
Diabetes Militus
5.
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
6.
Merokok
7.
Sters
8.
Riwayat keluarga
9.
Aktifitas Fisik
10.
Pola makan
11.
Kolesterol
12.
Kegemukan (obesitas)
13.
Gaya Hidup buruk\
14.
Konsumsi Alkohol
15.
Emosi
Tekning pengolahan dan analisis data
Data primer yang telah di
kumpulkan dari responden dengan memakai kuesioner dan di bantu wawancara.
Pengolahan data di lakukan secara manual dengan 3 tahapan, yaitu :
1.
Editing adalah Memeriksa kelengkapan,
kejelasan, konsistensi dan kesesuaian jawaban responden apakah ada kesalah pahaman responden atau kesalahan pencatatan oleh
enumerator.
2.
Coding adalah Pengkodean jawaban responden yaitu penyusunan daftar
kode jawaban responden. Dalam penelitian ini kode jawaban responden tersedia
secara baku.
Kuesioner dalam penelitian ini telah menggunakan kode jawaban :
V, A, X, dan atau O yang
bermakna.
V
adalah eji = 1 dan eji = 0
A
adalah eji = 0 dan eji = 1
X
adalah eji = 1 dan eji = 1
O
adalah eji = 0 dan eji = 0
Angka
1 dan 0 menunjukkan
1
= ada hubungan kontekstual antara elemen
0
= tidak ada hubungan kontekstual antara elemen.
3.
proses (prosessing) yaitu setelah data terkumpul
dan di periksa kelengkapannya, selanjutannya secara manual data di kelompokkan
sesai dengan rencana analisi yang digunakan, kemudian di olah dan di proses
sehingga jadi informasi yang bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Analisis Data
Interpretative
Structural Modelling (ISM) adalah pengkajian kelompok
grup (group learning process) dimana
model model structural ini di
hasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari sitem, melalui pola yang
dirancang dengan seksama menggunakan grafis secara kalimat.
Interpretative
Structural Modelling (ISM), digunakan
untuk menganalisis data atau informasi tentang:
faktor-faktor yang beresiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner di RSUD
Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare, tahapan-tahapan
dalam analisis Interpretative Structural Modelling (ISM), adalah sebagai berikut :
1. Menyusun Structural
Self-Interaction Matrix (SSIM), yaitu masukan
(penilaian) dari responden terhadap sub-sub elemen di atas, sebagai hasil
pertimbangan hubungan kontekstual, dengan menggunakan simbol-simbol V, A, X dan O, dengan diagram sebagai
berikut :
V = adalah eij = 1 dan
eji = 0
A =
adalah eij = 0 dan eji = 1
X =
adalah eij = 1 dan eji = 1
O =
adalah eij = 0 dan eji = 0
Angka 1 dan 0 menunjukkan
1 = ada hubungan kontekstual antar elemen
0 = tidak ada hubungan kontekstual antar elemen
2. Menyusun tabel Reachability Matrix, dengan mengganti simbol-simbol V, A, X dan O
dengan angka 1 dan 0
3. Menyusun model structural (tingkat elemen) setiap elemen
4. Menyusun Matrix
Driver Power – Dependent (DP-D) yang terdiri dari empat sektor seperti pada
gambar berikut :
|
|||||||||||||||||
15
|
|||||||||||||||||
Driver-Power
|
14
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
13
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
12
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
11
|
|
Independent
|
|
|
|
Linkage
|
|
|
|||||||||
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
9
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
8
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
4
|
|
Autonomous
|
|
|
|
Dependent
|
|
|
|||||||||
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
|||
|
|||||||||||||||||
Dependent
|
Gambar 2. Matriks driver
power-dependent
Keterangan : Dp = Driver
Power
D = Dependent
I
= Autonomous III = Linkage
II
= Dependent IV = Independent
(Eriyatno, 1999)
ASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi fator
penyebab kejadian penyakit jantung koroner
Hasil pengolahan data dari
penelitian ini dengan melakukan identifikasi faktor penyebab kejadian penyakit
jantung dari ke 15 faktor dugaan penyebab kejadian penyakit jantung koroner,
Merokok adalah faktor penyebab yang paling serius mendapat
perhatian yaitu
sebanyak 26 (100 %) responden menjawab merokok sebagai
faktor penyebab penyakit jantung koroner. Berdasarkan teori Merokok merupakan
faktor besar yang memberi kontribusi kepada penyakit jantung koroner. Para
perokok mempunyai 2-3 kali untuk meninggal karena penyakit jantung koroner di
bandingkan dengan orang yang bukan perokok. Risiko bergantung pula kepada
banyaknya rokok yang di hisap dalam sehari, lebih banyak/sering merokok maka
lebih tinggi resikonya. Nicotin meningkatkan beban kerja ,miokardium dan
terjadi dampak peningkatan dampak kebutuhan oksigen. Karbomonoksida mengganggu
pengangkutan oksigen (Gede Niluh, 1996). Seseorang yang merokok umumnya
mengalami penurunan kadar HDL dan peningkatan kadar LDL sehingga risiko
penebalan dinding pembuluh darah meningkat (Bambang Mursito, 2002).
Selanjutnya 22 (84,61%) responden
menjawab hipertensi sebagai Faktor penyebab kejadian penyakit jantung
koroner. Pada penelitian Framingham, penderita hipertensi
memiliki resiko relatif 5 kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner
(PJK) dari orang yang normotensi. Peningkatan tekan darah sistemik akan
meningkat penahan dorongan (enjeksi) dari vartikel kiri jantung sebagai
kompensasi untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung, akibatnya terjadi
penebalan ventrikel jantung atau hipertensi ventrikel. Jika sudah demikian maka
beban jantung pun meningkat sekaligus meningkat kebutuhan oksigen jantung
sehingga terjadilah iskemia (Bustan, 2007).
Faktor penyebab kejadian
penyakit jantung koroner selanjutnya yang menjadi perhatian yng cukup tinggi yaitu 21
(80,76%) responden menjawab umur. Berdasarkan penelitian di Amerika serikat
empat dari lima orang yang mati karena serangan jantung berusia lebih dari 65
tahun Umur jelas sekali berpengaruh, karena semakin tua seseorang (dimana
kekuatan pembuluh juga tidak seelastis masih muda) makin besar kemungkinan
timbulnya “kerak” di dinding pembuluh darah arteri koroner. Insiden tertinggi
penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki terjadi pada umur 50-60 tahun dan wanita umur 60-70 tahun. Beberapa
penelitian ini di Indonesia mendapatkan kejadian penyakit jantung koroner (PJK)
untuk kedua jenis kelamin terbanyak pada umur 50-59 tahun.
Menyusul bebrapa faktor
yaitu 20 (76,92%) responen menjawab diabetes militus dan obesitas,
19 (73,07%) responden menjawab gaya hidup buruk, 18 (69,23%) reponden menjawab
konsumsi alkohol, 17 (65,38%) menjawab pola makan, 16 (61,53%) menjawab riwayat
keluarga, 14 (53,84%) menjawab stress,
12 (46,15%) menjawab aktifitas fisik dan emosi, 10 (38,46%) rensponden
menjawab jenis kelamin, 9 (34,61%) menjawab kolesterol dan 8 (30,76%) responden
menjawab pekerjaan sebagai penyebab kejadian penyakit jantung koroner. Di
sajikan dalam bentuk diagram lingkaran sebagai berikut.
Gambar 4. Frekuensi jawaban responden terhadap ke 15 faktor
risiko penyebab kejadian penyakit
jantung koroner.
Faktor risiko kejadian
penyakit jantung
koroner Di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang
Hasil analisis ISM menunjukkan bahwa dari 15 faktor
yang di duga, 6 diantaranya adalah merupakan faktor risiko kejadian
penyakit jantung koroner. Di antara keenam
faktor yang di maksudkan adalah konsumsi alkohol, Hipertensi, kegemukan, gaya hidup buruk, stress dan merokok,
merupakan faktor kunci (DP-15).
Untuk melihat data berdasarkan
Frekuensi masing-masing posisi driver power – Dependent
faktor-faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di rumah sakit umum daerah
Massenrempulu Kabupaten Enrekang,
tersaji seperti pada diagram bantang berikut :
Gambar 6. Frekuensi
driver-power masing-masing faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
Faktor Di
Posisi Independent
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten
Enrekang menunjukkan bahwa pada posisi Independent,
tidak terdapat faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner, seperti
terlihat pada gambar
5. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor
yang kebergantungannya terhadap faktor lain lemah.
Faktor Di Posisi Linkage
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSUD Massenrempulu
Kabupaten Enrakang menunjukkan bahwa pada posisi Linkage, terdapat 10
faktor yang merupakan faktor yang sangat penting dan harus mendapat banyak
perhatian bagi RSUD Massenrempulu Kabupaten
Enrekang dan pejabat yang berwenang di Kab. Enrekang. Kesepuluh faktor tersebut
adalah konsumsi alkohol, Hipertensi (tekanan darah tinggi), Kegemukan, Gaya
hidup buruk, Sters, Merokok, Aktifitas Fisik, Emosi, Diabetes Militus dan pola
makan. Dari 10 faktor 6 di antaranya yang merupakan faktor yang paling serius
mendapat perhatian yaitu tekanan darah tinggi (Hipertensi), Merokok, Sters,
Kegemukan, Gaya hidup buruk dan konsumsi alkohol.
Merokok adalah faktor yang merupakan faktor yang
sangat penting dan sangat berpengaruh dalam kejadian penyakit jantung koroner,
sehingga di butuhkan pengkajian yang serius. Seorang ahli polusi dari London
bernama Ivan Vince mengatakan bahwa
rokok lebih banyak mengeluarkan partikel dibanding dengan mesin diesel. Apabila
kita merokok, iritan yang berada dalam asap rokok selain berpengaruh langsug ke
paru-paru yang menyebabkan batuk-batuk, sesak, dan kanker paru juga masuk ke
dalam darah yang menyebabkan antara lain denyut jantung lebih cepat, pembuluh
darah cepat kaku dan mudah spasme, sel-sel darah mudah menggumpal, di tambah
lagi oksigen didalam darah berkurang karena tempatnya di ambil oleh karbon
monoksida dengan demikian merokok dapat memicu terjadinya serangan jantung
(Peter Kabo, 2008).
Stress merupakan faktor yang butuh perhetian dan di
waspadai sebagai faktor risiko. Diketahui ada jenis kepribadian yang beresiko
terhadap kejadian penyakit
jantung koroner (PJK). Di
golongkan dalam tipe A yaitu orang yang gelisa, sulit untuk rileks akan semakin
terikat pada suatu pekerjaan yang mengandalakan hubungan pribadi dan akhirnya
cenderung menghabiskan tenaaga. Tipe orang seperti ini mempunyai risiko dua
kali lipat terkena
penyakit jantung koroner di
bandingkan dengan orang dengan tipe B yaitu orang yang bisa menahan diri.
Kegemukan atau obesitas termasuk faktor yang perlu
perhatian untuk meminimalisir kejadian penyakit jantung koroner. Di mana obesitas merupakan kunci penting terjadinya penyakit jantung koroner. Peningkatan berat badan dengan indeks massa
tubuh lebih dari 30 kg/m2 baik pada laki-laki maupun wanita
meningkat risiko PJK 4 kali lipat.
Gaya hipup buruk adalah merupakan faktor yang penting
dan sangat berpengaruh dalam kejadian penyakit jantung koroner, sehingga di
butuhkan pengkajian yang serius dan perhatian untuk mengurangi dampak yang
buruk terhadap kejadian penyakit jantung koroner.
Faktor Di Posisi Dependent
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten
Enrekang menunjukkan bahwa pada posisi di dependent,
terdapat 5 faktor yang menyebabkan kejadian penyakit jantung koroner. Faktor
tersebut adalah Umur, Kolesterol, Riwayat keluarga, Jenis kelamin dan Pekerjaan
seperti terlihat pada gambar 5. Hal ini menunjukkan
bahwa kelima faktor ini kebergantungannya terhadap faktor lain dan
keterkaitannya dengan kejadia penyakit jantung koroner saling membutuhkan satu
sama lain. Dengan demikian apabila salah satu faktor yang berada pada posisi
ini tidak baik pengaruhnya maka akan menyebabkan faktor lain juga terkait.
Pekerjaan adalah merupakan faktor yang tidak bebas
yang berarti faktor ini mempengaruhi
jika ada timbal balik dari faktor lain. Seperti di jelaskan bahwa pekerjaan
merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, beberapa karakteristik
tertentu dari pekerjaan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan masalah lainnya. Beberapa faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan, seperti duduk duduk berjam-jam, stres, jam kerja tidak
teratur, dan paparan bahan kimia tertentu atau polusi juga bisa membahayakan
jantung terutama peningkatana risiko penyakit jantung koroner.
Demikian pula dengan faktor umur, faktor ini bisa saja
menjadi risiko kejadian penyakit jantung koroner, akan tetapi ada faktor lain
yang saling bergantung dan terkait dengan jantung koroner. Berdasarkan
penelitian di Amerika Serikat empat dari lima orang yang mati karena penyakit
jantung koroner berusia lebih dari 65 tahun Umur cukup berpengaruh, karena
semakin tua seseorang (dimana kekuatan pembuluh juga tidak seelastis masih
muda) makin besar kemungkinan timbulnya kerak/plek di dinding pembuluh darah
arteri koroner. Insiden tertinggi penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki
terjadi pada umur 50-60 tahun dan wanita umur 60-70 tahun. Beberapa penelitian
ini di Indonesia mendapatkan kejadian penyakit jantung koroner (PJK) untuk
kedua jenis kelamin terbanyak pada umur 50-59 tahun.
Jenis kelamin juka merupakan faktor yang tidak bebas,
yang berarti faktor ini mempengaruhi jika ada faktor lain yang mendukung
kejadian penyakit jantung koroner. Di Amerika Serikat
gejala penyakit jantung koroner sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17
perempuan, Ini berarti
bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3 X lebih besar dari perempuan.
Riwayat keluarga adalah juga merupakan faktor yang
tidak bebas bisa saja menjadi faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner jika ada faktor yang mendukung misalnya
merokok. Jika keluarga anda cenderung terkena penyakit jantung, sebaiknya
lakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memastikan bahwa anda tidak mengidap
kolesterol tinggi, atau ganguan kesehatan lain yang harus segera diobati untuk
menghindari risiko tinggi (Christopher
Davidson, 2006).
Begitu pula dengan Kolesterol yang juga merupakan
salah satu faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner jika ada faktor lain yang mendukung atau jika faktor
ini ada timbal balik dari faktor lain.
Faktor Di Posisi Autonomous
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner menunjukkkan bahwa pada posisi autonomous tidak terdapat faktor
yang menyebabkan kejadian penyakit jantung koroner, seperti terlihat pada
gambar 5. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor
yang kebergantungannya terhadap faktor dan keterkaitannya dengan kejadian
penyakit jantung koroner tidak ada. Artinya faktor apapun yang berada pada
posisi ini tidak akan mempengaruhi sistem yaitu kejadian penyakit jantung
koroner. Sehingga faktor yang berada pada posisi ini biasanya tidak terlalu
penting, meskipun kadang-kadang perannya juga kuat. Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten
Enrekang yang menujukkan posisi kesepuluh faktor risiko ini adalah berada di
posisi Linkage, hal ini menunjukkan
bahwa kebergantungannya dengan kesepuluh faktor sangat kuat dan keterkaitannya
dengan faktor lain juga kuat. Sebagai faktor yang paling menyebabkan kejadian
penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang di tunjukkan denga rata-rata bobot DP = 9,57
dan D = 7,0 hal ini menjelaskan bahwa faktor ini merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD
Massenrempulu Kabupaten
Enrekang dan kebergantungannya dengan faktor lainnya kuat, oleh karena itu
perlu perhatian yang serius terhadap kesepuluh faktor ini baik dari penderita
penyakit jantung koroner, petugas kesehatan maupun pemerintah setempat. Posisi berdasarkan bobot driver power-dependent ke 15 faktor dapat terlihat
pada tabel 6.
Tabel 6. Posisi bobot
driver power-dependent faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD
Massenrempulu Kabupaten
Enrekang
Posisi
|
Faktor
risiko
|
Bobot
|
|
DP
|
D
|
||
Linkage
|
Merokok
|
1
|
0,7
|
(pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner
dan keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat
|
Konsumsi alkohol
Hipertensi
kegemukan
|
1
1
1
|
0,6
0,6
0,7
|
Stres
|
1
|
0,7
|
|
Pola makan
|
0,9
|
0,6
|
|
Diabetes militus
|
0,9
|
0,8
|
|
Emosi
|
0,9
|
0,7
|
|
Aktifitas fisik
|
0,8
|
0,7
|
|
|
Rata-rata
|
9,5
|
6,8
|
Dependent
|
Umur
|
0,4
|
0.8
|
(pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner
lemah tetapi keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat)
|
Kolesterol
Riwayat keluarga
Jenis kelamin
|
0,4
0,4
0,2
|
0,7
0,8
0,8
|
pekerjaan
|
0.1
|
0,9
|
|
|
Rata-rata
|
1,5
|
4
|
Model struktural faktor risiko kejadian
penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
Untuk melihat level
keterkaitan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD
Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan kebergantungannya dengan faktor
lain, di susun model struktural faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner
seperti tersaji pada gambar 7.
Gambar 7 menyajikan urutan
posisi setiap faktor sebagai penyebab kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, yaitu (1)
merokok (2) gaya hidup buruk (3) konsumsi alkohol (4) Hipertensi (5) kegemukan (6) Stress, sebagai faktor kunci dan
merupakan faktor yang paling menyebabkan kejadian penyakit jantung koroner di
RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang berada pada level 1. (7) Pola makan
(8) Diabetes militus (9) Emosi masing-masing merupakan faktor yang berada di
level 2. (10) Aktifitas fisik merupakan faktor yang berada di level 3. (11)
umur dan (12) kolesterol berada di level 4. (13) Riwayat keluarga berada pada
level 5. (14) jenis kelamin di level 6 dan (15) Pekerjaan menempati level 7.
Kelima belas faktor ini berdasarkan posisi bobot DP-D masing-masing Enam faktor
di posisi linkage. yang berati keenam faktor ini adalah
merupakan penyebab paling penting terhadap kejadian penyakit jantung koroner di
RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, juga sangat rentan terhadap
pengaruh faktor lain dalam bersamaan sebagai penyebab kejadian penyakit jantung
koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang. Lima faktor berada
di posisi dependent yang berarti bahwa ini tidak begitu penting sebagai
penyebab kejadian penyakit jantung koroner akan tetapi kaitannya dengan faktor
lain kuat, sehingga jika di hubungkan secara bersamaan dengan faktor yang
berada di posisi lain bisa saja menjadi risiko kejadian penyakit jantung koroner
Faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSU Andi Makkasau
kota Parepare
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota
Parepare menunjukkan bahwa dari 15 faktor risiko yang di duga, 6 di antaranya adalah merupakan faktor
risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare. Di antara keenam faktor yang di maksudkan
adalah Diabetes militus, Merokok, Riwayat Keluarga,kolesterol, kegemukan dan
Gaya hidup buruk merupakan faktor kunci (DP = 15).Sedangkan frekuensi
masing-masing posisi Driver Power Dependent faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare, tersaji seperti pada diagram batang.
Gambar 9. Frekuensi driver-power masing-masing faktor
risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi
Makkasau Parepare.
Faktor di Posisi independent
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare menunjukkan bahwa pada posisi independent,
terdapat 1 faktor yang merupakan penyebab terhadap
kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi
Makkasau kota Parepare yang keberadaannya sedikit bergantung
dengan faktor lain. Faktor tersebut adalah stress.
Stres adalah faktor yang tidak bebas artinya besar
pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner tetapi tidak bergantung
pada faktor lainnya. Stress bisa saja mejadi sumbangsi risiko penyakit jantung koroner jika ada faktor lain yang mendukung kejadian penyakit jantung koroner.
Faktor di posisi linkage
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare menunjukkann bahwa posisi linkage, terdapat
11 faktor yang merupakan faktor yang sangat penting dan harus mendapat banyak
perhatian bagi pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan maupun pejabat
pemerintah yang berwenanang di Kota Parepare. Ke 11 faktor tersebut adalah
diabetes militus, merokok, riwayat keuarga, kolesterol, kegemukan, gaya hidup
buruk, hipertensi, stress, aktifitas fisik, konsumsi alkohol, emosi, pola
makan. Dari 11 faktor 6 di antaranya yang merupakan faktor yang paling serius mendapat
perhatian yaitu diabetes militus, merokok, riwayat keluarga, konsumsi alkohol,
kegemukan dan gaya hidup buruk.
Merokok merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner yang mesti di kaji secara hati hati, karena
hubungannya dengan faktor lain tidak stabil. Seperti di ketahuai bahwa merokok
adalah faktor besar yang memberi kontribusi kepada penyakit jantung koroner. Para perokok sigaret mempunyai 2-3 kali
risiko meingal karena penyakit jantung koroner
dari pada orang yang bukan perokok. Risiko juga bergantung terhadap banyaknya
rokok yang di hisap dalam sehari.
Faktor di posisi dependent
Hasil analisis ISM menunjukkan bahwa pada posisi
Dependent terdapat 3 faktor risiko kejadian
penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare. Faktor tersebut adalah faktor pekerjaan, umur
dan jenis kelamin, seperti terlihat pada gambar 8.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor ini kebergantungannya terhadap faktor lain dan
keterkaitannya dengan kejadian penyakit jangtung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare membutuhkan satu sama lain. Dengan demikian apabila salah satu faktor
yang berada pada posisi ini tidak baik pengaruhnya maka akan menyebabkan faktor
lain juga terkait.
Faktor di posisi autonomous
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare menunjukkan bahwa pada posisi autonomous, tidak terdapat faktor risiko
kejadian penyakit jantung koroner, seperti telihat pada gambar 8. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang kebergantungannya terhadap faktor
dan keterkaitannya dengan kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare
tidak ada. Artinya faktor apapun yang berada pada posisi ini tidak akan
mempengaruhi sistem yaitu kejadian penyakit jantung koroner. Sehingga faktor
yang berada pada posisi ini biasanya tidak terlalu penting, meskipun
kadang-kadang perannya juga kuat.
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare yang menunjukkan posisi ke 15 faktor risiko ini adalah berada di posisi dependent, linkage dan
independent, hal ini menunjukkan kebergantungannya dengan kelima belas faktor
sangat kuat dan keterkaitannya dengan faktor lain juga kuat. Sebagai faktor
risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau
kota Parepare di tunjukkan dengan
rata-rata bobot DP
= 7,6 dan D =
6,9. Penjelasan bahwa faktor ini sebagai risiko kejadian penyakit jantung
koroner di RSU
Andi Makkasau kota Parepare sangat kuat. Oleh karena itu perlu perhatian
yang serius terhadap ke 15 baik dari pasien sendiri, petugas kesehatan
maupun keluarga pasien penyakit jantung
koroner itu sendiri. Posisi berdasarkan bobot driver power-dependent ke lima belas dapat telihat seperti pada
Tabel 8.
Tabel 8 . Posisi bobot driver power - dependent faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di
RSU Andi Makkasau kota Parepare.
POSISI
|
FAKTOR
RISIKO
|
BOBOT
|
|||
DP
|
D
|
||||
Independent
|
|||||
(pengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner
kuat, tetapi keberkaitannya dengan faktor lain lemah)
|
Stress
|
0,9
|
0,8
|
||
|
Rata-rata
|
0,9
|
0,8
|
||
Linkage
|
Diabetes militus
|
1
|
0,7
|
||
(pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner
dan keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat
|
Merokok
Riwayat keluarga
Kolesterol
kegemukan
|
1
1
1
1
|
0,8
0,8
0,6
0,6
|
||
Gaya hidup buruk
|
1
|
0,7
|
|||
|
Rata-rata
|
6
|
4,34
|
||
Dependent
|
Umur
|
0,3
|
0,9
|
||
(pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner
lemah tetapi keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat)
|
Pekerjaan
|
0,4
|
0,9
|
||
|
Rata-rata
|
0,7
|
1,8
|
||
Model struktural faktor risiko kejadian
penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota
Parepare
Gambar 10 menyajikan urutan
posisi setiap faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau
kota Parepare
yaitu , (1) diabetes militus, (2) merokok (3) riwayat keluarga, (4)
kolesterol, (5) kegemukan, (6) gaya hidup buruk sebagai faktor kunci dan
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung di
RSU Andi
Makkasau kota Parepare berada di level 1, (7) hipertensi, (8)
stress, (9) aktifitas fisik, (10) konsumsi alkohol berada di level 2, (11)
emosi berada di level 3, (12) pola makan berada di level 4, (13)pekerjaan
berada di level 5, (14) umur dan (15)jenis kelamin masing masing berada di
level 6 dan level 7.
Dari pengolahan data dan
analisi ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD
Massenrempulu Kabupaten Enrekang, faktor risiko penyakit
jantung koroneryang paling mendapat perhatian yaitu merokok dengan bobot DP = 1,0 dan
D = 0,7. Konsumsi alkoho dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,6. Hipertensi dengan
bobot DP = 1, 0 dan D = 0,6. Kegemukan dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7. Gaya hidup buruk dengan
bobot DP = 1,0 dan D = 0,7. Stress dengan bobot DP = 1,7 dan D = 0,6 hal ini
menunjukkan bahwa ke enam faktor risiko di atas merupakan faktor kunci (DP-15)
sedangkan hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare adalah diabetes
militus dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7 merokok dengan bobot DP = 1, 0 dan D
= 0,8 riwayat keluarga dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,8 kolesterol dengan
bobot 1, 0 dan D = 0,6 kegemukan dengan bobot 1,0 dan D = 0,6 dan gaya hidup
buruk dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7.
Hal ini menunjukkan pula bahwa keenam faktor risiko yang mendapat perhatian ini
berkedudukan sebagai faktor kunci (DP = 15). Dari perbandingan faktor risiko di
atas terhadap kedua rumah sakit yakni RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU A.
Makkasau kota Parepare, faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner yang mendapat perhatian sama yaitu merokok, kegemukan dan gaya hidup buruk. Dari
pengolahan data dan analisi ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner
di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, faktor risiko penyakit
jantung koroneryang paling mendapat perhatian yaitu merokok dengan bobot DP = 1,0 dan
D = 0,7. Konsumsi alkoho dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,6. Hipertensi dengan
bobot DP = 1, 0 dan D = 0,6. Kegemukan dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7. Gaya hidup buruk dengan
bobot DP = 1,0 dan D = 0,7. Stress dengan bobot DP = 1,7 dan D = 0,6 hal ini
menunjukkan bahwa ke enam faktor risiko di atas merupakan faktor kunci (DP-15)
sedangkan hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare adalah diabetes
militus dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7 merokok dengan bobot DP = 1, 0 dan D
= 0,8 riwayat keluarga dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,8 kolesterol dengan
bobot 1, 0 dan D = 0,6 kegemukan dengan bobot 1,0 dan D = 0,6 dan gaya hidup
buruk dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7.
Faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten
Enrekang
Hasil analisis ISM faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang menunjukka
bahwa dari 15 faktor yang diduga, 1 diantaranya merupakan faktor utama kejadian
penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang yaitu
hipertensi yang merupakan faktor kunci (DP = 15). Dapat
di lihat berdasarkan frekuensi masing-masing posisi driver power dependent faktor risiko
utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, tersaji
seperti pada diagram batang.
Gambar 12.Frekuensi Driver-Power Masing-Masing Faktor
Risiko Utama Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
Faktor di posisi independent
Hasil analisis ISM faktor
risiko utama kejadaian penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa pada posisi independent, tidak terdapat faktor
risiko penyakit jantung
koroner
seperti yang tersaji pada gambar 11 hal ini menunjukkan bahwa
tidak ada faktor yang kebergantungannya terhadap faktor lain lemah.
Faktor di posisi linkage
Hasil analisis ISM faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung koroner
di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrakang menunjukkan bahwa
pada posisi Linkage, terdapat 15
faktor yang merupakan faktor yang sangat penting dan harus mendapat banyak
perhatian bagi RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan
pejabat yang berwenang di Kabupaten Enrekang. Kelima belas faktor ini yaitu
hipertensi, kegemukan, gaya hidup buruk, konsumsi alkohol, umur, diabetes
militus, stress, emosi, merokok, aktifitas fisik, jenis kelamin,pola makan,
pekerjaan, riwayat keluarga dan kolesterol. Dari 15 faktor 1 di antaranya yang
merupakan faktor utama dan yang paling serius mendapat perhatian yaitu tekanan
darah tinggi (Hipertensi).
Hipertensi adalah faktor
utama dan tertinggi yang berada pada posisi linkage, sehingga perlu untuk di
kaji secara hati-hati. Oleh karena itu faktor ini dapat menyebabkan kejadian penyakit
jantung koroner. faktor
resiko terpenting pada orang yang telah berusia lebih dari 40 tahun. Pada
penelitian Framingham, penderita hipertensi memiliki resiko relatif 5 kali
lebih besar terkena penyakit jantung koroner (PJK) dari orang yang normotensi.
Faktor Di Posisi Dependent
Hasil analisis ISM faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Maasnerempulu Kabupaten Enrekang
menunjukkan bahwa pada posisi dependent, tidak terdapat faktor yang menyebabkan kejadian penyakit
jantung koroner. Seperti terlihat pada gambar 11. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang kebergantungannya terhadap faktor lain
dan keterkaitannya dengan kejadia penyakit jantung koroner saling membutuhkan
satu sama lain begitu pula dengan faktor di posisi autonomous.
Hasil analisis ISM faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang yang
menunjukkan posisi ke 15 faktor ini adalah hanya berada di posisi linkage, hal
ini menunjukkan bahwa kebergantungannya dengan kelima belas faktor sangat kuat
dan keterkaitannya dengan faktor lain juga kuat. Sebagai faktor risiko utama
kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang di
tunjukkan dengan rata-rata bobot DP = 11,7 dan D
= 11,7. Penjelasan bahwa faktor ini sebagai risiko utama kejadian penyakit
jantung koroner di RSUD Masenrempulu Kabupaten Enrekang sangat kuat. Oleh
karena itu perlu perhatian yang serius terhadap ke 15 baik dari pasien sendiri,
petugas kesehatan maupun keluarga pasien
penyakit jantung koroner itu sendiri. Posisi berdasarkan bobot driver power-dependent ke lima belas
dapat telihat seperti pada Tabel 10.
Tabel 10 . Posisi bobot driver power - dependent faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
POSISI
|
FAKTOR
RISIKO
|
BOBOT
|
|
DP
|
D
|
||
Linkage
|
Hipertensi
|
1
|
0,8
|
(pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner
dan keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat
|
Gaya
hidup buruk
Kegemukan
Konsumsi alkohol
|
0,9
0,9
0,9
|
0,8
0,8
0,8
|
Diabetes
militus
|
0,8
|
0,8
|
|
Umur
|
0,8
|
0,8
|
|
Stress
|
0,8
|
0,8
|
|
Emosi
|
0,8
|
0,6
|
|
Merokok
|
0,8
|
0,8
|
|
Aktifitas
fisik
|
0,8
|
0,8
|
|
|
Jenis
kelamin
|
0,7
|
0,6
|
Model struktural faktor risiko Utama kejadian
penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten
Enrekang
Untuk melihat keberkaitan
dengan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu
Kabupaten Enrekang dengan kebergantungannya terhadap faktor lain, di sajikan urutan posisi setiap
faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang yaitu
, (1) hipertensi sebagai faktor kunci dan merupakan faktor utama dan yang
paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner di RSUD
Massenrempulu Kabupaten Enrekang berada di level 1, (2) kegemukan, (3) gaya
hidup buruk, (4) konsumsi alkohol berada pada level 2, (5) umur, (6) diabetes militus, (7) stress, (8)
emosi berada pada level 3, (9) merokok, (10) aktifitas fisik berada pada level
4, (11) jenis kelamin, (12) pola makan berada di level 5, (13) pekerjaan berada
di level 6 dan (14) riwayat keluarga, (15) kolesterol berada di level terakhir
yaitu level 7.
Faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare
Hasil analisis ISM faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota
Parepare
menunjukkan bahwa dari 15 faktor risiko yang di duga, 1 di antaranya adalah
merupakan faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi
Makkasau kota Parepare yaitu faktor gaya hidup buruk merupakan
faktor kunci (DP = 15). Sedangkan frekuensi masing-masing posisi driver
power dependent faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota
Parepare,
tersaji seperti pada diagram batang.
Gambar 15. Frekuensi driver-power masing-masing faktor risiko utama kejadian
penyakit jantung koroner di RSU A. Makkasau kota
Parepare
Faktor di Posisi independent
Hasil analisis ISM faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota
Parepare
menunjukkan bahwa pada posisi independent, terdapat 5 faktor yang
merupakan penyebab utama terhadap kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota
Parepare
yang keberadaannya sedikit bergantung dengan faktor lain. Faktor tersebut
adalah gaya hidup buruk, merokok, konsumsi alkohol, kolesterol, dan pola makan.
Pola makan adalah faktor
yang tidak bebas artinya besar pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung
koroner tetapi tidak bergantung pada faktor lainnya. Begitu pula dengan
konsumsi alkohol, kolesterol dan gaya hidup buruk merupakan faktor risiko
kejadian penyakit jantung koroner yang berpengaruh besar
meskipun tidak berpengaruh terhadap faktor lain.
Faktor di posisi linkage
Hasil analisis ISM faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota
Parepare
menunjukkann bahwa posisi linkage, terdapat 3 faktor yang merupakan faktor yang
sangat penting dan harus mendapat banyak perhatian bagi pasien, keluarga
pasien, petugas kesehatan maupun pejabat pemerintah yang berwenang di Kota
Parepare. Ke 3 faktor tersebut adalah diabetes militus, kegemukan dan stress.
Dari 3 faktor 1 yang merupakan faktor
utama yang paling serius mendapat
perhatian yaitu diabetes militus.
Diabetes militus merupakan
faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner yang mesti di kaji secara
hati hati, karena hubungannya dengan faktor lain tidak stabil. Seperti di
ketahuai bahwa diabetes militus adalah faktor besar yang memberi kontribusi
kepada penyakit jantung koroner. Penderita diabetes militus
memiliki risiko risiko relatif 2 kali lipat lebih besar terkena penyakit
jantung koroner di bandingkan dengan yang bukan penderita diabetes militus.
Faktor di posisi dependent
Hasil analisis ISM faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung
koroner menunjukkan bahwa pada posisi Dependent terdapat 7 faktor risiko utama
kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau
kota Parepare.
Faktor tersebut adalah aktifitas fisik, emosi, riwayat keluarga, hipertensi,
pekerjaan, umur dan jenis kelamin, seperti terlihat pada gambar 14. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor ini kebergantungannya terhadap faktor lain dan
keterkaitannya dengan kejadian penyakit jangtung koroner di RSU Andi Makkasau kota
Parepare membutuhkan
satu sama lain. Dengan demikian apabila salah satu faktor yang berada pada
posisi ini tidak baik pengaruhnya maka akan menyebabkan faktor lain juga
terkait.
Faktor di posisi autonomous
Hasil analisis ISM faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota
Parepare
menunjukkan bahwa pada posisi autonomous,
tidak terdapat faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner, seperti telihat
pada gambar 14. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang
kebergantungannya terhadap faktor dan keterkaitannya dengan kejadian penyakit
jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare tidak ada. Artinya
faktor apapun yang berada pada posisi ini tidak akan mempengaruhi sistem yaitu
kejadian penyakit jantung koroner. Sehingga faktor yang berada pada posisi ini
biasanya tidak terlalu penting, meskipun kadang-kadang perannya juga kuat.
Hasil analisis ISM faktor
risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau
kota
Parepare yang menunjukkan posisi ke 15 faktor ini adalah berada di posisi
dependent, linkage dan independent, hal ini menunjukkan kebergantungannya
dengan kelima belas faktor sangat kuat dan keterkaitannya dengan faktor lain
juga kuat. Sebagai faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU
Andi
Makkasau kota Parepare di tunjukkan dengan rata-rata bobot DP =
8,94 dan D = 8,96 Penjelasan bahwa faktor ini sebagai risiko utama kejadian
penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota
Parepare
sangat kuat. Oleh karena itu perlu perhatian yang serius terhadap ke 15 baik
dari pasien sendiri, petugas kesehatan maupun
keluarga pasien penyakit jantung koroner itu sendiri. Posisi berdasarkan
bobot driver power-dependent ke lima
belas dapat telihat seperti pada Tabel 12.
Tabel 12 . Posisi bobot driver power - dependent faktor risiko utama kejadian
penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau Kota Parepare.
POSISI
|
FAKTOR
RISIKO
|
BOBOT
|
|
DP
|
D
|
||
Independent
|
Gaya
hidup buruk
|
1
|
0,33
|
(pengaruh
terhadap kejadian penyakit jantung koroner kuat, tetapi keberkaitannya dengan
faktor lain lemah)
|
Merokok
Konsumsi
alkohol
|
0,93
0,8
|
0,33
0,4
|
Kolesterol
|
0,8
|
0,46
|
|
Pola
makan
|
0,66
|
0,46
|
|
Rata-rata
|
4,19
|
1,98
|
|
Linkage (pengeruhnya terhadap pJK dan
|
Diabetes
militus
|
0,73
|
0,73
|
keterkaitannya
dengan faktor lainnya kuat)
|
Kegemukan
|
0,66
|
0,6
|
stress
|
0,66
|
0,6
|
|
Rata-rata
|
2,05
|
1,93
|
|
Dependent
|
Aktifitas
fisik
|
0,46
|
0,6
|
(pengaruhnya
terhadap kejadian penyakit jantung koroner lemah tetapi keterkaitannya dengan
faktor lainnya kuat)
|
Emosi
Riwayat
keluarga
Hipertensi
|
0,46
0,4
0,86
|
0,66
0,8
0,33
|
pekerjaan
|
0,26
|
0,8
|
|
Umur
|
0,2
|
0,86
|
|
Jenis
kelamin
|
0,06
|
1
|
|
Rata-rata
|
2,7
|
5,05
|
Model struktural faktor risiko utama kejadian
penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau Kota Parepare
Untuk melihat keberkaitan dengan faktor risiko utama
kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau
kota Parepare dengan kebergantungannya dengan
faktor lain, di susunlah model struktural faktor risiko kejadian penyakit
jantung koroner seperti pada urutan posisi setiap
faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare
yaitu , (1) gaya hidup buruk sebagai faktor kunci dan merupakan faktor utama dan yang paling berpengaruh terhadap
kejadian penyakit jantung di RSU Andi Makkasau
kota Parepare berada di level 1, (2) merokok berada
di level 2, (3) hipertensi berada di level 3, (4) kolesterol, (5) konsumsi
alkohol di level 4, (6) diabetes militus berada di level 5, (7) stress, (8)
pola makan, (9) kegemukan berada di level 6, (10) aaktifitas fisik, (11) emosi
barada pada level 7, (12) pekerjaan, (13) riwayat keluarga berada pada level 8,
(14) umur dan (15) jenis kelamin masing masing berada di level 9 dan level 10. Berdasarkan pengolahan dan analisis data dengan ISM
di atas terhadan faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner pada
RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, faktor
risiko yang menjadi faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner adalah hipertensi dengan bobot DP = 1, 0 dan D = 0,8
yang sekaligus menjadi faktor kunci (DP-15) sedangkan hasil pengolahan dan
analisis data dengan ISM faktor risiko utama di RSU Andi Makkasau kota Parepare
adalah gaya hidup buruk dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,3 yang juga menjadi
faktor kunci (DP-15).
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah di laksanakan di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi
Makkasau kota Parepare dapat di simpulkan sebagai berikut :
1.
Hasil
identifikasi faktor penyebab kejadian penyakit jantung koroner terhadap 15
faktor dugaan menunjukkan bahwa fakator yang mejadi penyebab tertinggi kejadian
penyakit jantung
koroner yaitu Merokok, Hipertensi, umur, diabetes militus dan Obesitas,
gaya hidup buruk, konsumsi alkohol, Riwayat keluarga, stres, aktifitas
fisik, Emosi, jenis kelamin, kolesterol, pekerjaan.
2.
Hasil
analisis ISM terhadap faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD
Massenrempulu Kabupaten
Enrekang yaitu merokok, konsumsi
alkohol, hipertensi, kegemukan, gaya hidup buruk dan stres sedangkan faktor
risiko penyakit
jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare
adalah Diabetes militus, Merokok,
Riwayat Keluarga, Kolesterol, Kegemukan dan gaya hidup buruk. Hal ini
menujukkan bahwa antara RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dengan RSU Andi Makkasau kota Parepare faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner hampir sama faktor risikonya yaitu merokok, DM, kegemukan gaya hidup buruk dan lain-lain.
3.
Hasil
analisis ISM faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD
Massenrempulu Kabupaten
Enrekang yaitu Hipertensi
sedangkan faktor risiko utama di RSU Andi Makkasau
kota Parepare adalah gaya hidup buruk.
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau
kota Parepare, maka di pandang perlu mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1.
Disarankan
kepada tenaga kesehatan dan pemerintah untuk mengambil tindakan khususnya
mengadakan pencegahan dini kepada masyarakat seperti melakukan penyuluhan
tentang apa itu penyakit jantung koroner dan faktor apa saja yang bisa
menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.
2.
Disarankan
kepada setiap orang terutama para penderita penyakit jantung koroner untuk
mengubah pola makan yang lebih sehat seperti seringlah memakan sayur – sayuran, buah-buahan segar, dan hindarai makanan yang
mengandung lemak dan kolesterol.
3.
Disarankan
bagi setiap masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan dengan mengubah
mengubah gaya hidup yang kurang baik menjadi lebih baik seperti sering
berolahraga dan banyak melakukan aktivitas fisik terutama bagi penderita penyakit jantung koroner.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Penyakit jantung
koroner. http.//pendahuluan-latarbelakang PJK.httml. [3 Maret 2015]
Bustan. 2007. Epidemiologi penyakit tidak
menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Djanggan S. 1993. Upaya
Pencegahan Primer dan Sekunder Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Medika.
Darman R. 2011. Penyakit
Jantung Koroner. (http://dokternetwordkangk97.blogspot.com/2011/01obesitas-dan-penyakit-jantung-koroner.html) obesitas. [Diakses 2 April 2015]
Eriyatno. 1999. Ilmu sistem
(meningkatkan mutu dan efektivitas manajemen). Bogor: IPB Press
Fauzi Y. 2011. Jangan biarkan
hipertensi mempengaruhi jantung. [online]. http://www.inash.or.id/upload/new.pdf.
[26 maret 2015].
Gery D. 2004.
Karakteristik pekerjaan. Digilib. Unpas. Ac. Id/download
: 16. [
di akses 27 agustus 2015]
Hungu. 2007. G Marbun. 2011. Landasan teori
jenis kelamin II.repository.usi.ac.id//bitstream. II: hal 13. [di akses 27
agustus 2015]
Hadra. 2012. Analisis faktor
resiko penyakit jantung koroner pasien rawat inap RSUD A.Makkasau parepare.
Parepare: Fikes UMPAR
Kaplan N. 1991. Pencegahan
Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakrta.
Kemal. 2007. Merokok menurut
para ahli.dilihatya informasi kesehatan.com [di akses 27 agustus 2015]
Lazarus F. 1989. Landasan
teori stress. repository.usi.ac.id.//bitstream. [di akses 27 agustus 2015]
Londong H. 2011. Perbandingan penyakit jantung
koroner di RSUD. Elim Tana Toraja Dengan RS Dr. Wahidin Sudirhusodo Makassar.
Makassar: Stikes Nani hasanuddin
Mauro. 1988. Faktor resiko
PJK. http.//pengaruh pekerjaan terhadap PJK.html. [20 maret 2015]
Kartohoeodo. 1982. Penyakit
Jantung Koroner. http.//jantung koroner.html. [10 Maret 2015]
Mcgowan P. 2001. Mejaga
Kebugaran Jantung. Jakarta : PT Rajagrafindo persada.
Muttaqin A. 2009. Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta
: Salemba Medika.
Notoatmodjo S. 2010. Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Ponyah S. 2011. Gaya Hidup yang tidak sehat pada masyarakat
terhadap penyakit jantung. http://yettiseptianimustar.blogspot.com/2011/pengaruh-gaya-hidup-yang-tidak-sehat.html. [Diakses 2 Aril 2015]
Prasetyawati
E. 2011. Ilmu Kesehatan Masyrakat. Yogyakarta : Nuha Medika.
Price S. 2006. Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit. Jilid 2. Edisi 4. Jakarta. EGC
RSUD
Massenrempulu. 2012. Laporan
Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Massenrempulu Kabupaten Enrekang. Enrekang :
Enrekang Press
________. 2013. Laporan
Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Masenrempulu Kabupaten Enrekang. Enrekang :
Enrekang Press
________. 2014. Laporan
Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Masenrempulu Kabupaten Enrekang. Enrekang :
Enrekang Press.
RSU Andi
Makkasau. 2012. Laporan Tahunan
Rumah Sakit Umum Andi Makkasau Parepare.
Parepare : Pare-pare Press
________. 2013. Laporan
Tahunan Rumah Sakit Umum Andi
Makkasau Parepare. Parepare : Pare-pare
Press
________. 2014. Laporan
Tahunan Rumah Sakit Umum Andi
Makkasau Pare-pare. Parepare : Parepare
Press
Ruhyanudin F. 2007.
Kardiovaskuler (Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
kardivaskuler). Edisi Revisi. Malang : UMM press.
Shivaramakrishna.
2010 Penyakit jantung koroner. [online]. http://ilmukes.blogspot.com /2012/09/ makalah-jantung-koroner.html. [14 maret 2015]
Simanulang P.2004. Pengaruh
Gaya Hidup Terhadap Status Kesehatan. Medan. http://uda.ac.id/jurnal/files/6.pdf [diakses 28 Maret 2015].
Sulistyoningsih. 2011.
Suparyanto. 2012.Sekilas tentang pola makan. Dr. Suparyoto. M.kes.blogspot.com.
[di akses 27 agustus 2015]
Susilo dkk. 2011. Cara Jitu Mengatasi Penyakit Kencing Manis
(Diabetes militus). Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Susilo dkk. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta :
Andi Yogyakarta.
Sutriani. 2012. Pengaruh
penderita hipertensi terhadap pola makan. Parepare: Fikes UMPAR
Tejayadi S.1991. Kolesterol
dan Hubungannya Dengan Penyakit Kardiovaskular dalam Cerminan Dunia Kedokteran
No 73.1991.
Trihono. 2013. Hasil RISKESDAS
2013. [online]. http://www.kidney.0rg/professionals/kdoqi/pdf/ckd_evaluation_classification_
stratification.pdf. [Diakses 21 maret 2015]
Tya K. 2014. seorang dengan tipe A dan tipe B dengan pengaruh
penyakit jantung koroner.http://tyaarumkusuma.blogspot.com/2014/11/pengaruh-tipe-perilaku-terhadap.html. [diakses 2 april 2015]
Wijaya dkk. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika