Sabtu, 12 November 2016

PENYAKIT JANTUNG KORONER



STUDI    PERBANDINGAN   FAKTOR    RISIKO   KEJADIAN   PENYAKIT   JANTUNG KORONER   DI   RSUD   MASSENREMPULU   KABUPATEN   ENREKANG
DAN   RSU   ANDI   MAKKASAU   PAREPARE

COMPARATIVE   STUDY   OF   RISK   FACTORS   FOR   CORONARY  HEART DISEASE   IN   EVENTS  HOSPITAL  MASSENREMPULU  ENREKANG
AND  RSU  ANDI  MAKKASAU  PAREPARE

Andriati, Haniarti, Kheriyah Djamal
Andryahlintikpuber@gmail.com

ABSTRAK

ANDRIATI, Studi perbandingan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU A. Makkasau Parepare, di bimbing oleh HANIARTI dan KHERIYAH DJAMAL.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kondisi yang terjadi akibat penumpukan plak di arteri jantung mulai dari terjadinya ateroklerosis (Kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak pada dinding arteri koroner, baik disertai gejalah klinik atau tanpa gejala sekalipun sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu. Hal ini dapat di sebabkan oleh beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat  faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat terkait dengan kejadian penyakit jantung koroner melalui metode survey terhadap 26 sampel, dengan menggunakan metode Analisis Interpretative  Structural Modelling (ISM).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) faktor penyebab kejadian penyakit jantung koroner yaitu merokok, hipertensi, umur, diabetes militus dan obesitas, (2) faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang adalah merokok, konsumsi alkohol, hipertensi, kegemukan, gaya hidup buruk dan stres sedangkan yang menjadi faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU A. Makkasau Parepare adalah  Diabetes militus, Merokok, Riwayat Keluarga, Kolesterol, Kegemukan dan gaya hidup buruk, dan (3) faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang yaitu Hipertensi dan faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU A. Makkasau Parepare adalah gaya hidup buruk.

Kata Kunci : Faktor risiko, Penyakit jantung koroner, RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, RSUD andi Makkasau Kota Parepare

ABSTRACT

ANDRIATI, comparative study of risk factors for coronary heart disease events in hospitals Massenrempulu Enrekang and RSU A. Makkasau Pare Pare, guided by HANIARTI and KHERIYAH Djamal.
Coronary Heart Disease (CHD) is a condition that is caused by the buildup of plaque in the coronary artery from the occurrence of atherosclerosis (stiffness of the arteries) and that has been accumulation of fat or plaque on the walls of coronary arteries, both accompanied gejalah clinic or without symptoms even causing the blood supply to the heart becomes impaired. This can be caused by several risk factors associated with the behavior of the community itself. Therefore, this study aimed to examine factors related to people's behavior associated with the incidence of coronary heart disease through a survey of 26 sampling method, using analysis of Interpretative Structural Modeling (ISM).
The results showed that (1) the factors causing the incidence of coronary heart disease are smoking, hypertension, age, diabetes mellitus and obesity, (2) risk factors for coronary heart disease events in hospitals Massenrempulu Enrekang are smoking, alcohol consumption, hypertension, obesity, poor lifestyle and stress while being a risk factor for coronary heart disease events in RSU A. Makkasau Pare Pare is diabetes mellitus, smoking, family history, cholesterol, obesity and poor lifestyle, and (3) the major risk factors for coronary heart disease events in hospitals Massenrempulu Enrekang is a major risk factor for hypertension and coronary heart disease events in RSU A. Makkasau Pare Pare is a poor lifestyle.
Keywords: Coronary heart disease, risk factors, RSUD Massenrempulu kabupaten Enrekang, RSU Andi Makkasau Kota Parepare.


PENDAHULUAN
Kematian merupakan salah satu keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah penduduk. Semakin tinggi umur kematian rata-rata, secara tidak langsung dapat menunjukkan bahwa derajat kesehatan semakin tinggi. Dan secara global dapat pula dikatakan bahwa semakin tinggi derajat kesehatan akan terjadi suatu pergeseran penyebab kematian dari golongan penyakit infeksi. Informasi mengenai penyebab kematian ini  sangat penting, karena selain berguna untuk mengetahui keberhasilan program kesehatan dapat pula digunakan dalam menyusun perencanaan program kesehatan.
Peningkatan pelayanan kesehatan menimbulkan dampak positif, semakin baik pelayanan kesehatan, saranan kesehatan dan masyarakat terhadap kesehatan mampu meningkatkan angka harapan hidup. Namun, disisi lain ada dampak negative dari perubahan gaya hidup yaitu kurangnya sarana dan prasarana kesehatan dan minimnya sumber daya manusia  (SDM), yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan kesehatan. Pergeseran pola penyakit di masyarakat yang semula didominasi oleh penyakit menular dan infeksi berali ke penyakit degeneratif. Namun, perkembangan melaju begitu cepat seiring dengan perkembangan dunia industri dan tehnologi di era modernisasi dan globalisasi. Berbagai transisi yang ada, baik transisi demografik, sosial ekonomi maupun epidemiologi telah menimbulkan pergeseran-pergeseran, termasuk dalam bidang kesehatan. Angka kematian menurun dan usia harapan hidup secara umum semakin panjang, pola penyakit dan penyebab kematian telah berubah. Penyakit-penyakit yang mematikan bukan lagi penyakit menular, namun telah bergeser ke arah penyakit-penyakit tak menular seperti jantung koroner.
Di belahan negara dunia, penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478.000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407.000 orang mengalami operasi peralihan, 300.000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000 - 40.000 orang dari satu juta penduduk menderita penyakit jantung koroner (PJK).  Diseluruh dunia, penyakit jantung koroner merupakan kausa utama kematian. Menurut estimasi para ahli badan kesehatan sedunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan world health statistic 2008. tercatat 17,1 juta orang meninggal di dunia akibat penyakit jantung koroner dan diperkirakan angkah ini akan meningkat terus hingga 2030 menjadi 23,4 juta kematian di dunia atau merupakan 43% penyebab kematian (Rilantono Lily I, 2012).
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan angka penyakit jantung koroner di  Indonesia dimana sosok penyakit ini  sangat menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di Negara maju maupun berkembang. Beberapa penelitian klinik dan epidemiologi menunjukkan peningkatan prevalensi setiap tahun.
Budiarso dkk, (1989) melaporkan prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia adalah 18,3/100,000 penduduk pada golongan usia 15-24, meningkat menjadi 174,6/100,000 penduduk pada golongan usia 45-54, dan meningkat tajam menjadi 461,9/100,000 penduduk pada usia lebih dari 55 tahun                        (Nurulita et al., 2013).
Menurut WHO (2006), diperkirakan pada tahun 2015, 20 juta penduduk dunia akan meninggal disebabkan penyakit-penyakit kardiovaskular (terutama karena serangan jantung dan stroke). Berdasarkan data Riskesdas 2007 -2008 , prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dengan gejala). Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi penyakit jantung di atas prevalensi nasional. Dan salah satunya yaitu Sulawesi Selatan. Prevalensi penyakit jantung di Sulawesi Selatan yaitu 9,4% di atas rata-rata prevalensi nasional (7,2%). Prevalensi suspek PJK di Sulawesi Selatan yaitu 3.87% dan termasuk dalam kategori tinggi (Citrakesumasari, 2013).
Data laporan tahunan penyakit jantung koroner di RSU Andi Makasau kota Parepare pada tahun 2012  adalah sebanyak 147 kasus, tahun 2013 adalah sebanyak 132 kasus, dan pada tahun 2014 adalah sebanyak 328 kasus.
Data laporan tahunan penyakit jantung koroner pada RSUD Massenrenpulu  Kabupaten Enrekang pada tahun 2012 adalah sebanyak 33 kasus, tahun 2013 adalah sebanyak 84 kasus dan pada tahun 2014 adalah sebanyak 241  kasus.
Bukti-bukti epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskuler adalah suatu penyakit yang banyak dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Sesudah lebih dari tiga puluh tahun dengan keberhasilan Framingham yang intensif dan terus menerus, maka ditemukanlah faktor-faktor yang mempermudah terjadinya penyakit kardiovaskuler. Diantara faktor-faktor tersebut ada yang bisa dipengaruhi dan ada yang tidak. Yang bisa dipengaruhi adalah tekanan darah tinggi, kadar kolesterol, kadar gula darah yang tinggi, kebiasaan merokok, kebiasaan yang suka makan banyak dan kurang olahraga yang menyebabkan kegemukan. Sedangkan yang tidak dapat dipengaruhi antara lain umur, jenis kelamin, keturunan (genetik).
Penyakit jantung koroner telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan kini menjadi pembunuh terbesar di beberapa Negara. Penyakit ini jarang ditemukan di daerah tropis dan Negara-negara berkembang. Penyakit ini paling banyak ditemukan di Eropa Utara, Amerika Utara, dan Australia yang tampaknya penyakit ini berkaitan erat dengan gaya hidup karena orang dari Negara berkembang yang pindah ke Negara makmur lebih banyak yang terkena penyakit ini dari pada jika mereka tetap tinggal di Negaranya.
Rumusan masalah penelitian  ini adalah:
1.         Mengedintifikasi faktor penyebab kejadian penyakit jantung koroner.
2.         Faktor apa saja yang menjadi faktor risiko penyakit jantung kororner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare?
3.         Yang manakah faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare?
Tujuan penelitian ini adalah :
1.       Untuk mengetahui faktor kejadian penyakit jantung koroner.
2.       Untuk mengetahui faktor penyebab kejadian penyakit jantung koroner yang ada di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare.
3.       Untuk mengetahui Faktor risiko utama yang menyebabkan penyakit jantung kororner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare.
Kedunaan penelitian ini adalah :
1.         Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya khususnya dalam bidang penyakit jantung koroner.
2.         Hasil ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam menentukan upaya preventif penyakit jantung koroner di masa yang akan datang.
3.         Sebagai bahan masukan bagi RSUD Massenrenpulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare dalam upayah program penyediaan fasilitas pengobatan penderita penyakit jantung koroner.
4.         Sebagai sarana aplikasi ilmu yang sangat baik dalam mengembangkan dan memperdalam pengetahuan, khususnya wawasan tentang penyakit jantung koroner.

Metode Dan Desain Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deksriptif  yang mendeskripsikan perbandingan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare dan dengan Desain Survey.
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare, berlangsung selama 2 bulan yaitu dari bulan Mei sampai juni 2015.
Instrumen penelitian adalah suatu alat untuk mengukur suatu variabel. Instrument dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai pedoman wawancara mendalam secara terpimpin kepada responden.
Populasi penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat dalam penanganan penyakit jantung koroner baik secara langsung maupun tidak langsung di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare.
Penelitian dengan model Interpretative Structural  Modeling (ISM)  tidak membutuhkan sampel yang banyak (Saaty dan Eriyatno, 1999). Jumlah pakar atau praktisi sebagai sampel yang diisyaratkan cukup beberapa orang dengan prioritas yang memiliki tingkat pemahaman, penguasaan, atau yang terlibat langsung dalam bidang tugas penanganan penyakit jantung koroner sehingga jumlah sampel ditetapkan sebanyak 26 orang (13 orang dari RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan 13 orang dari  RSU Andi Makkasau kota Parepare ) yang berperan dalam penanganan penyakit jantung koroner yaitu Dokter Interna, Perawat, Petugas instalasi Gizi dan keluarga pasien.

Teknik pengumpulan data
Tahapan kegiatan pengumpulan data yang di lakukan dalam penelitian yaitu Penetapan elemen dan sub elemen. Elemen adalah unsur penelitian yang ditetapkan dengan mengacu pada tujuan penelitian. Dalam penelitian ini hanya dua elemen yang di tetapkan yaitu faktor faktor yang menjadi risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Setiap elemen kemudian dijabarkan atas jumlah sub elemen berdasarkan pertimbangan : (1) tujuan penelitian yang di capai, (2) model analisis yang akan di gunakan, dan (3) hasil konsultasi para pakar atau pejabat yang berkaitan dengan fokus penelitian ini.
Untuk mengedentifikasi faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner  maka di tetapkan 15 faktor dugaan yang menjadi penyebab kejadian penyakit jantung, dimana responden di upayakan untuk memilih diantara 15 faktor dugaan yang di anggap sebagai penyebab kejadian penyakit jantung. Di antara faktor tersebut yaitu :
1.         Umur
2.         Jenis kelamin
3.         Pekerjaan
4.         Diabetes Militus
5.         Tekanan darah tinggi (hipertensi)
6.         Merokok
7.         Sters
8.         Riwayat keluarga
9.         Aktifitas Fisik
10.      Pola makan
11.      Kolesterol
12.      Kegemukan (obesitas)
13.      Gaya Hidup buruk
14.      Konsumsi Alkohol
15.      Emosi
Untuk menganalisis faktor risiko penyakit jantung koroner pada masing masing rumah sakit yaitu RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare melalui interpretative structural modeling (ISM), di tetapkan 15 sub elemen yang terdiri atas :
1.              Umur
2.              Jenis kelamin
3.              Pekerjaan
4.              Diabetes Militus
5.              Tekanan darah tinggi (hipertensi)
6.              Merokok
7.              Sters
8.              Riwayat keluarga
9.              Aktifitas Fisik
10.           Pola makan
11.           Kolesterol
12.           Kegemukan (obesitas)
13.           Gaya Hidup buruk
14.           Konsumsi Alkohol
15.           Emosi
Unruk menganalisis faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare melalui model interpretaitive structural modeling (ISM),  maka di tetapkan 15 sub elemen sebagai faktor dugaan yang terdiri atas :
1.              Umur
2.              Jenis kelamin
3.              Pekerjaan
4.              Diabetes Militus
5.              Tekanan darah tinggi (hipertensi)
6.              Merokok
7.              Sters
8.              Riwayat keluarga
9.              Aktifitas Fisik
10.           Pola makan
11.           Kolesterol
12.           Kegemukan (obesitas)
13.           Gaya Hidup buruk\
14.           Konsumsi Alkohol
15.           Emosi

Tekning pengolahan dan analisis data
Data primer yang telah di kumpulkan dari responden dengan memakai kuesioner dan di bantu wawancara. Pengolahan data di lakukan secara manual dengan 3 tahapan, yaitu :
1.         Editing adalah Memeriksa kelengkapan, kejelasan, konsistensi dan kesesuaian jawaban responden apakah ada kesalah pahaman responden atau kesalahan pencatatan oleh enumerator.
2.         Coding adalah Pengkodean jawaban responden yaitu penyusunan daftar kode jawaban responden. Dalam penelitian ini kode jawaban responden tersedia secara baku. Kuesioner dalam penelitian ini telah menggunakan kode jawaban :
V, A, X, dan atau O yang bermakna.
V adalah eji = 1 dan eji = 0
A adalah eji = 0 dan eji = 1
X adalah eji = 1 dan eji = 1
O adalah eji = 0 dan eji = 0
Angka 1 dan 0 menunjukkan
1 = ada hubungan kontekstual antara elemen
0 = tidak ada hubungan kontekstual antara elemen.
3.         proses (prosessing) yaitu setelah data terkumpul dan di periksa kelengkapannya, selanjutannya secara manual data di kelompokkan sesai dengan rencana analisi yang digunakan, kemudian di olah dan di proses sehingga jadi informasi yang bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Analisis  Data
Interpretative Structural Modelling (ISM) adalah  pengkajian kelompok grup (group learning process) dimana model model structural ini di hasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari sitem, melalui pola yang dirancang dengan seksama menggunakan grafis secara kalimat.
Interpretative Structural Modelling (ISM), digunakan untuk menganalisis data atau informasi tentang: faktor-faktor yang beresiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare, tahapan-tahapan dalam analisis Interpretative Structural Modelling (ISM), adalah sebagai berikut :
1.     Menyusun Structural Self-Interaction Matrix (SSIM), yaitu masukan (penilaian) dari responden terhadap sub-sub elemen di atas, sebagai hasil pertimbangan hubungan kontekstual, dengan menggunakan simbol-simbol V, A, X dan O, dengan diagram sebagai berikut :
V = adalah eij = 1  dan eji = 0
A = adalah eij = 0  dan eji = 1
X = adalah eij = 1  dan eji = 1
O = adalah eij = 0  dan eji = 0
Angka 1 dan 0 menunjukkan
1 = ada hubungan kontekstual antar elemen
0 = tidak ada hubungan kontekstual antar elemen
2.     Menyusun tabel Reachability Matrix, dengan mengganti simbol-simbol V, A, X dan O dengan angka 1 dan 0
3.     Menyusun model structural (tingkat elemen) setiap elemen
4.     Menyusun Matrix Driver Power – Dependent (DP-D) yang terdiri dari empat sektor seperti pada gambar  berikut :



































15















Driver-Power

14
















13
















12
















11

Independent



Linkage




10
















9
















8
















7
















6
















5
















4

Autonomous



Dependent




3
















2
















1
















0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14





















Dependent

Gambar 2.  Matriks driver power-dependent
Keterangan :         Dp           = Driver Power
                                D             = Dependent
                                I = Autonomous    III = Linkage
                                II = Dependent      IV = Independent (Eriyatno, 1999)

ASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi fator penyebab kejadian penyakit jantung koroner
Hasil pengolahan data dari penelitian ini dengan melakukan identifikasi faktor penyebab kejadian penyakit jantung dari ke 15 faktor dugaan penyebab kejadian penyakit jantung koroner, Merokok adalah faktor penyebab yang paling serius mendapat perhatian yaitu sebanyak 26 (100 %) responden menjawab merokok sebagai faktor penyebab penyakit jantung koroner. Berdasarkan teori Merokok merupakan faktor besar yang memberi kontribusi kepada penyakit jantung koroner. Para perokok mempunyai 2-3 kali untuk meninggal karena penyakit jantung koroner di bandingkan dengan orang yang bukan perokok. Risiko bergantung pula kepada banyaknya rokok yang di hisap dalam sehari, lebih banyak/sering merokok maka lebih tinggi resikonya. Nicotin meningkatkan beban kerja ,miokardium dan terjadi dampak peningkatan dampak kebutuhan oksigen. Karbomonoksida mengganggu pengangkutan oksigen (Gede Niluh, 1996). Seseorang yang merokok umumnya mengalami penurunan kadar HDL dan peningkatan kadar LDL sehingga risiko penebalan dinding pembuluh darah meningkat (Bambang Mursito, 2002).
Selanjutnya 22 (84,61%) responden menjawab hipertensi sebagai Faktor penyebab kejadian penyakit jantung koroner. Pada penelitian Framingham, penderita hipertensi memiliki resiko relatif 5 kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner (PJK) dari orang yang normotensi. Peningkatan tekan darah sistemik akan meningkat penahan dorongan (enjeksi) dari vartikel kiri jantung sebagai kompensasi untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung, akibatnya terjadi penebalan ventrikel jantung atau hipertensi ventrikel. Jika sudah demikian maka beban jantung pun meningkat sekaligus meningkat kebutuhan oksigen jantung sehingga terjadilah iskemia   (Bustan, 2007).
Faktor penyebab kejadian penyakit jantung koroner selanjutnya yang menjadi perhatian yng cukup tinggi yaitu 21 (80,76%) responden menjawab umur. Berdasarkan penelitian di Amerika serikat empat dari lima orang yang mati karena serangan jantung berusia lebih dari 65 tahun Umur jelas sekali berpengaruh, karena semakin tua seseorang (dimana kekuatan pembuluh juga tidak seelastis masih muda) makin besar kemungkinan timbulnya “kerak” di dinding pembuluh darah arteri koroner. Insiden tertinggi penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki terjadi pada umur   50-60 tahun dan wanita umur 60-70 tahun. Beberapa penelitian ini di Indonesia mendapatkan kejadian penyakit jantung koroner (PJK) untuk kedua jenis kelamin terbanyak pada umur 50-59 tahun.
Menyusul bebrapa faktor yaitu 20 (76,92%) responen menjawab diabetes militus dan obesitas, 19 (73,07%) responden menjawab gaya hidup buruk, 18 (69,23%) reponden menjawab konsumsi alkohol, 17 (65,38%) menjawab pola makan, 16 (61,53%) menjawab riwayat keluarga,  14 (53,84%) menjawab stress, 12 (46,15%) menjawab aktifitas fisik dan emosi, 10 (38,46%) rensponden menjawab jenis kelamin, 9 (34,61%) menjawab kolesterol dan 8 (30,76%) responden menjawab pekerjaan sebagai penyebab kejadian penyakit jantung koroner. Di sajikan dalam bentuk diagram lingkaran sebagai berikut.

Gambar 4. Frekuensi jawaban responden terhadap ke 15 faktor risiko penyebab    kejadian penyakit jantung koroner.

Faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner Di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang

Hasil analisis ISM menunjukkan bahwa dari 15 faktor yang di duga,  6 diantaranya adalah merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner. Di antara keenam faktor yang di maksudkan adalah konsumsi alkohol, Hipertensi, kegemukan, gaya hidup buruk, stress dan merokok, merupakan faktor kunci (DP-15).
Untuk melihat data berdasarkan Frekuensi masing-masing posisi driver powerDependent faktor-faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di rumah sakit umum daerah Massenrempulu Kabupaten Enrekang, tersaji seperti pada  diagram bantang berikut :

Gambar  6. Frekuensi driver-power masing-masing faktor risiko kejadian    penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang.




Faktor Di Posisi Independent
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang menunjukkan bahwa pada posisi Independent, tidak terdapat faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner, seperti terlihat pada    gambar 5. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang kebergantungannya terhadap faktor lain lemah.
Faktor Di Posisi Linkage
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner  di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrakang menunjukkan bahwa pada posisi Linkage, terdapat  10 faktor yang merupakan faktor yang sangat penting dan harus mendapat banyak perhatian bagi RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan pejabat yang berwenang di Kab. Enrekang. Kesepuluh faktor tersebut adalah konsumsi alkohol, Hipertensi (tekanan darah tinggi), Kegemukan, Gaya hidup buruk, Sters, Merokok, Aktifitas Fisik, Emosi, Diabetes Militus dan pola makan. Dari 10 faktor 6 di antaranya yang merupakan faktor yang paling serius mendapat perhatian yaitu tekanan darah tinggi (Hipertensi), Merokok, Sters, Kegemukan, Gaya hidup buruk dan konsumsi alkohol.
Merokok adalah faktor yang merupakan faktor yang sangat penting dan sangat berpengaruh dalam kejadian penyakit jantung koroner, sehingga di butuhkan pengkajian yang serius. Seorang ahli polusi dari London bernama Ivan Vince mengatakan bahwa rokok lebih banyak mengeluarkan partikel dibanding dengan mesin diesel. Apabila kita merokok, iritan yang berada dalam asap rokok selain berpengaruh langsug ke paru-paru yang menyebabkan batuk-batuk, sesak, dan kanker paru juga masuk ke dalam darah yang menyebabkan antara lain denyut jantung lebih cepat, pembuluh darah cepat kaku dan mudah spasme, sel-sel darah mudah menggumpal, di tambah lagi oksigen didalam darah berkurang karena tempatnya di ambil oleh karbon monoksida dengan demikian merokok dapat memicu terjadinya serangan jantung (Peter Kabo, 2008).
Stress merupakan faktor yang butuh perhetian dan di waspadai sebagai faktor risiko. Diketahui ada jenis kepribadian yang beresiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PJK). Di golongkan dalam tipe A yaitu orang yang gelisa, sulit untuk rileks akan semakin terikat pada suatu pekerjaan yang mengandalakan hubungan pribadi dan akhirnya cenderung menghabiskan tenaaga. Tipe orang seperti ini mempunyai risiko dua kali lipat terkena penyakit jantung koroner di bandingkan dengan orang dengan tipe B yaitu orang yang bisa menahan diri.
Kegemukan atau obesitas termasuk faktor yang perlu perhatian untuk meminimalisir kejadian penyakit jantung koroner. Di mana obesitas merupakan kunci penting terjadinya penyakit jantung koroner. Peningkatan berat badan dengan indeks massa tubuh lebih dari 30 kg/m2 baik pada laki-laki maupun wanita meningkat risiko PJK 4 kali lipat.
Gaya hipup buruk adalah merupakan faktor yang penting dan sangat berpengaruh dalam kejadian penyakit jantung koroner, sehingga di butuhkan pengkajian yang serius dan perhatian untuk mengurangi dampak yang buruk terhadap kejadian penyakit jantung koroner.
Faktor Di Posisi Dependent
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang menunjukkan bahwa pada posisi di dependent, terdapat 5 faktor yang menyebabkan kejadian penyakit jantung koroner. Faktor tersebut adalah Umur, Kolesterol, Riwayat keluarga, Jenis kelamin dan Pekerjaan seperti terlihat pada gambar 5. Hal ini menunjukkan bahwa kelima faktor ini kebergantungannya terhadap faktor lain dan keterkaitannya dengan kejadia penyakit jantung koroner saling membutuhkan satu sama lain. Dengan demikian apabila salah satu faktor yang berada pada posisi ini tidak baik pengaruhnya maka akan menyebabkan faktor lain juga terkait.
Pekerjaan adalah merupakan faktor yang tidak bebas yang  berarti faktor ini mempengaruhi jika ada timbal balik dari faktor lain. Seperti di jelaskan bahwa pekerjaan merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, beberapa karakteristik tertentu dari pekerjaan  dapat meningkatkan  risiko penyakit jantung koroner dan masalah lainnya. Beberapa faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, seperti duduk duduk berjam-jam, stres, jam kerja tidak teratur, dan paparan bahan kimia tertentu atau polusi juga bisa membahayakan jantung terutama peningkatana risiko penyakit jantung koroner.
Demikian pula dengan faktor umur, faktor ini bisa saja menjadi risiko kejadian penyakit jantung koroner, akan tetapi ada faktor lain yang saling bergantung dan terkait dengan jantung koroner. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat empat dari lima orang yang mati karena penyakit jantung koroner berusia lebih dari 65 tahun Umur cukup berpengaruh, karena semakin tua seseorang (dimana kekuatan pembuluh juga tidak seelastis masih muda) makin besar kemungkinan timbulnya kerak/plek di dinding pembuluh darah arteri koroner. Insiden tertinggi penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki terjadi pada umur 50-60 tahun dan wanita umur 60-70 tahun. Beberapa penelitian ini di Indonesia mendapatkan kejadian penyakit jantung koroner (PJK) untuk kedua jenis kelamin terbanyak pada umur 50-59 tahun.
Jenis kelamin juka merupakan faktor yang tidak bebas, yang berarti faktor ini mempengaruhi jika ada faktor lain yang mendukung kejadian penyakit jantung koroner. Di Amerika Serikat gejala penyakit jantung koroner sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan, Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3 X lebih besar dari perempuan.
Riwayat keluarga adalah juga merupakan faktor yang tidak bebas bisa saja menjadi faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner jika ada faktor yang mendukung misalnya merokok. Jika keluarga anda cenderung terkena penyakit jantung, sebaiknya lakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memastikan bahwa anda tidak mengidap kolesterol tinggi, atau ganguan kesehatan lain yang harus segera diobati untuk menghindari risiko tinggi (Christopher Davidson, 2006).
Begitu pula dengan Kolesterol yang juga merupakan salah satu faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner jika ada faktor lain yang mendukung atau jika faktor ini ada timbal balik dari faktor lain.

Faktor Di Posisi Autonomous
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner menunjukkkan bahwa pada posisi autonomous tidak terdapat faktor yang menyebabkan kejadian penyakit jantung koroner, seperti terlihat pada gambar 5. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang kebergantungannya terhadap faktor dan keterkaitannya dengan kejadian penyakit jantung koroner tidak ada. Artinya faktor apapun yang berada pada posisi ini tidak akan mempengaruhi sistem yaitu kejadian penyakit jantung koroner. Sehingga faktor yang berada pada posisi ini biasanya tidak terlalu penting, meskipun kadang-kadang perannya juga kuat. Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang yang menujukkan posisi kesepuluh faktor risiko ini adalah berada di posisi Linkage, hal ini menunjukkan bahwa kebergantungannya dengan kesepuluh faktor sangat kuat dan keterkaitannya dengan faktor lain juga kuat. Sebagai faktor yang paling menyebabkan kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang di tunjukkan denga rata-rata bobot DP = 9,57 dan D = 7,0 hal ini menjelaskan bahwa faktor ini merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan kebergantungannya dengan faktor lainnya kuat, oleh karena itu perlu perhatian yang serius terhadap kesepuluh faktor ini baik dari penderita penyakit jantung koroner, petugas kesehatan maupun pemerintah setempat. Posisi berdasarkan bobot driver power-dependent ke 15 faktor dapat terlihat pada tabel 6.




Tabel 6. Posisi bobot driver power-dependent faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang
Posisi
Faktor risiko
Bobot
DP
D
Linkage
Merokok
1
0,7
(pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner dan keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat
Konsumsi alkohol
Hipertensi
kegemukan
1
1
1
0,6
0,6
0,7

Stres
1
0,7

Pola makan
0,9
0,6

Diabetes militus
0,9
0,8

Emosi
0,9
0,7

Aktifitas fisik
0,8
0,7

Rata-rata
9,5
6,8
Dependent
Umur
0,4
0.8
(pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner lemah tetapi keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat)
Kolesterol
Riwayat keluarga
Jenis kelamin
0,4
0,4
0,2
0,7
0,8
0,8

pekerjaan
0.1
0,9

Rata-rata
1,5
4

Model struktural faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang.

Untuk melihat level keterkaitan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan kebergantungannya dengan faktor lain, di susun model struktural faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner seperti tersaji pada gambar 7.
Gambar 7 menyajikan urutan posisi setiap faktor sebagai penyebab kejadian penyakit jantung koroner  di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, yaitu (1) merokok (2) gaya hidup buruk (3) konsumsi alkohol (4) Hipertensi (5) kegemukan (6) Stress, sebagai faktor kunci dan merupakan faktor yang paling menyebabkan kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang berada pada level 1. (7) Pola makan (8) Diabetes militus (9) Emosi masing-masing merupakan faktor yang berada di level 2. (10) Aktifitas fisik merupakan faktor yang berada di level 3. (11) umur dan (12) kolesterol berada di level 4. (13) Riwayat keluarga berada pada level 5. (14) jenis kelamin di level 6 dan (15) Pekerjaan menempati level 7. Kelima belas faktor ini berdasarkan posisi bobot DP-D masing-masing Enam faktor di posisi linkage.  yang berati keenam faktor ini adalah merupakan penyebab paling penting terhadap kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, juga sangat rentan terhadap pengaruh faktor lain dalam bersamaan sebagai penyebab kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang. Lima faktor berada di posisi dependent yang berarti bahwa ini tidak begitu penting sebagai penyebab kejadian penyakit jantung koroner akan tetapi kaitannya dengan faktor lain kuat, sehingga jika di hubungkan secara bersamaan dengan faktor yang berada di posisi lain bisa saja menjadi risiko kejadian penyakit jantung koroner



Faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare

Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare menunjukkan bahwa dari 15 faktor risiko yang di duga, 6 di antaranya adalah merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare. Di antara keenam faktor yang di maksudkan adalah Diabetes militus, Merokok, Riwayat Keluarga,kolesterol, kegemukan dan Gaya hidup buruk merupakan faktor kunci (DP = 15).Sedangkan frekuensi masing-masing posisi Driver Power Dependent faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare, tersaji seperti pada diagram batang.
Gambar 9.  Frekuensi driver-power masing-masing faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau Parepare.


Faktor di Posisi independent
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare menunjukkan bahwa pada posisi independent, terdapat 1 faktor yang merupakan penyebab terhadap kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare yang keberadaannya sedikit bergantung dengan faktor lain. Faktor tersebut adalah stress.
Stres adalah faktor yang tidak bebas artinya besar pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner tetapi tidak bergantung pada faktor lainnya. Stress bisa saja mejadi sumbangsi risiko penyakit jantung koroner jika ada faktor lain yang mendukung kejadian penyakit jantung koroner.

Faktor di posisi linkage
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare menunjukkann bahwa posisi linkage, terdapat 11 faktor yang merupakan faktor yang sangat penting dan harus mendapat banyak perhatian bagi pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan maupun pejabat pemerintah yang berwenanang di Kota Parepare. Ke 11 faktor tersebut adalah diabetes militus, merokok, riwayat keuarga, kolesterol, kegemukan, gaya hidup buruk, hipertensi, stress, aktifitas fisik, konsumsi alkohol, emosi, pola makan. Dari 11 faktor 6 di antaranya yang merupakan faktor yang paling serius mendapat perhatian yaitu diabetes militus, merokok, riwayat keluarga, konsumsi alkohol, kegemukan dan gaya hidup buruk.
Merokok merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner yang mesti di kaji secara hati hati, karena hubungannya dengan faktor lain tidak stabil. Seperti di ketahuai bahwa merokok adalah faktor besar yang memberi kontribusi kepada penyakit jantung koroner. Para perokok sigaret mempunyai 2-3 kali risiko meingal karena penyakit jantung koroner dari pada orang yang bukan perokok. Risiko juga bergantung terhadap banyaknya rokok yang di hisap dalam sehari.

Faktor di posisi dependent
Hasil analisis ISM menunjukkan bahwa pada posisi Dependent terdapat         3 faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare. Faktor tersebut adalah faktor pekerjaan, umur dan jenis kelamin, seperti terlihat pada gambar 8. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ini kebergantungannya terhadap faktor lain dan keterkaitannya dengan kejadian penyakit jangtung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare membutuhkan satu sama lain. Dengan demikian apabila salah satu faktor yang berada pada posisi ini tidak baik pengaruhnya maka akan menyebabkan faktor lain juga terkait.
Faktor di posisi autonomous
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare menunjukkan bahwa pada posisi autonomous, tidak terdapat faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner, seperti telihat pada     gambar 8. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang kebergantungannya terhadap faktor dan keterkaitannya dengan kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare tidak ada. Artinya faktor apapun yang berada pada posisi ini tidak akan mempengaruhi sistem yaitu kejadian penyakit jantung koroner. Sehingga faktor yang berada pada posisi ini biasanya tidak terlalu penting, meskipun kadang-kadang perannya juga kuat.
Hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare yang menunjukkan posisi ke 15 faktor risiko ini adalah berada di posisi dependent, linkage dan independent, hal ini menunjukkan kebergantungannya dengan kelima belas faktor sangat kuat dan keterkaitannya dengan faktor lain juga kuat. Sebagai faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare di tunjukkan dengan rata-rata bobot  DP = 7,6  dan D = 6,9. Penjelasan bahwa faktor ini sebagai risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare sangat kuat. Oleh karena itu perlu perhatian yang serius terhadap ke 15 baik dari pasien sendiri, petugas kesehatan maupun  keluarga pasien penyakit jantung koroner itu sendiri. Posisi berdasarkan bobot driver power-dependent ke lima belas dapat telihat seperti pada Tabel 8.

Tabel  8 . Posisi  bobot  driver  power - dependent  faktor  risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare.
POSISI
FAKTOR RISIKO
BOBOT
DP
D
Independent

(pengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner kuat, tetapi keberkaitannya dengan faktor lain lemah)
Stress
0,9
0,8


Rata-rata
0,9
0,8

Linkage
Diabetes militus
1
0,7

(pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner dan keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat
Merokok
Riwayat keluarga
Kolesterol
kegemukan
1
1
1
1
0,8
0,8
0,6
0,6


Gaya hidup buruk
1
0,7


Rata-rata
6
4,34

Dependent
Umur
0,3
0,9

(pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner lemah tetapi keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat)
Pekerjaan
0,4
0,9


Rata-rata
0,7
1,8








Model struktural faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare

Gambar 10 menyajikan urutan posisi setiap faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare yaitu , (1) diabetes militus,  (2) merokok (3) riwayat keluarga, (4) kolesterol, (5) kegemukan, (6) gaya hidup buruk sebagai faktor kunci dan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung di RSU Andi Makkasau kota Parepare berada di level 1, (7) hipertensi, (8) stress, (9) aktifitas fisik, (10) konsumsi alkohol berada di level 2, (11) emosi berada di level 3, (12) pola makan berada di level 4, (13)pekerjaan berada di level 5, (14) umur dan (15)jenis kelamin masing masing berada di level 6 dan level 7.
Dari pengolahan data dan analisi ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, faktor risiko penyakit jantung koroneryang paling mendapat perhatian yaitu merokok dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7. Konsumsi alkoho dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,6. Hipertensi dengan bobot DP = 1, 0 dan D = 0,6. Kegemukan dengan bobot DP =  1,0 dan D = 0,7. Gaya hidup buruk dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7. Stress dengan bobot DP = 1,7 dan D = 0,6 hal ini menunjukkan bahwa ke enam faktor risiko di atas merupakan faktor kunci (DP-15) sedangkan hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare adalah diabetes militus dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7 merokok dengan bobot DP = 1, 0 dan D = 0,8 riwayat keluarga dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,8 kolesterol dengan bobot 1, 0 dan D = 0,6 kegemukan dengan bobot 1,0 dan D = 0,6 dan gaya hidup buruk dengan bobot DP = 1,0 dan  D = 0,7. Hal ini menunjukkan pula bahwa keenam faktor risiko yang mendapat perhatian ini berkedudukan sebagai faktor kunci (DP = 15). Dari perbandingan faktor risiko di atas terhadap kedua rumah sakit yakni RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU A. Makkasau kota Parepare, faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner yang mendapat perhatian sama yaitu merokok, kegemukan dan gaya hidup buruk. Dari pengolahan data dan analisi ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, faktor risiko penyakit jantung koroneryang paling mendapat perhatian yaitu merokok dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7. Konsumsi alkoho dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,6. Hipertensi dengan bobot DP = 1, 0 dan D = 0,6. Kegemukan dengan bobot DP =  1,0 dan D = 0,7. Gaya hidup buruk dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7. Stress dengan bobot DP = 1,7 dan D = 0,6 hal ini menunjukkan bahwa ke enam faktor risiko di atas merupakan faktor kunci (DP-15) sedangkan hasil analisis ISM faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare adalah diabetes militus dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7 merokok dengan bobot DP = 1, 0 dan D = 0,8 riwayat keluarga dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,8 kolesterol dengan bobot 1, 0 dan D = 0,6 kegemukan dengan bobot 1,0 dan D = 0,6 dan gaya hidup buruk dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,7.

Faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang

Hasil analisis ISM faktor risiko utama kejadian penyakit jantung di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang menunjukka bahwa dari 15 faktor yang diduga, 1 diantaranya merupakan faktor utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang yaitu hipertensi yang merupakan faktor kunci (DP = 15). Dapat di lihat berdasarkan frekuensi masing-masing posisi driver power dependent faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, tersaji seperti pada diagram batang.
Gambar 12.Frekuensi Driver-Power Masing-Masing Faktor Risiko Utama Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang.


Faktor di posisi independent

Hasil analisis ISM faktor risiko utama kejadaian penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa pada posisi independent, tidak terdapat faktor risiko  penyakit jantung koroner seperti yang tersaji pada gambar 11 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang kebergantungannya terhadap faktor lain lemah.

Faktor di posisi linkage
Hasil analisis ISM faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner  di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrakang menunjukkan bahwa pada posisi Linkage, terdapat 15 faktor yang merupakan faktor yang sangat penting dan harus mendapat banyak perhatian bagi RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan pejabat yang berwenang di Kabupaten Enrekang. Kelima belas faktor ini yaitu hipertensi, kegemukan, gaya hidup buruk, konsumsi alkohol, umur, diabetes militus, stress, emosi, merokok, aktifitas fisik, jenis kelamin,pola makan, pekerjaan, riwayat keluarga dan kolesterol. Dari 15 faktor 1 di antaranya yang merupakan faktor utama dan yang paling serius mendapat perhatian yaitu tekanan darah tinggi (Hipertensi).
Hipertensi adalah faktor utama dan tertinggi yang berada pada posisi linkage, sehingga perlu untuk di kaji secara hati-hati. Oleh karena itu faktor ini dapat menyebabkan kejadian penyakit jantung koroner.  faktor resiko terpenting pada orang yang telah berusia lebih dari 40 tahun. Pada penelitian Framingham, penderita hipertensi memiliki resiko relatif 5 kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner (PJK) dari orang yang normotensi.

Faktor Di Posisi Dependent
Hasil analisis ISM faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Maasnerempulu Kabupaten Enrekang menunjukkan bahwa pada posisi dependent, tidak terdapat  faktor yang menyebabkan kejadian penyakit jantung koroner. Seperti terlihat pada gambar 11. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang kebergantungannya terhadap faktor lain dan keterkaitannya dengan kejadia penyakit jantung koroner saling membutuhkan satu sama lain begitu pula dengan faktor di posisi autonomous.
Hasil analisis ISM faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang yang menunjukkan posisi ke 15 faktor ini adalah hanya berada di posisi linkage, hal ini menunjukkan bahwa kebergantungannya dengan kelima belas faktor sangat kuat dan keterkaitannya dengan faktor lain juga kuat. Sebagai faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang di tunjukkan dengan rata-rata bobot DP = 11,7 dan D = 11,7. Penjelasan bahwa faktor ini sebagai risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Masenrempulu Kabupaten Enrekang sangat kuat. Oleh karena itu perlu perhatian yang serius terhadap ke 15 baik dari pasien sendiri, petugas kesehatan maupun  keluarga pasien penyakit jantung koroner itu sendiri. Posisi berdasarkan bobot driver power-dependent ke lima belas dapat telihat seperti pada Tabel 10.

Tabel  10 . Posisi  bobot  driver  power - dependent   faktor  risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
POSISI
FAKTOR RISIKO
BOBOT
DP
D
Linkage
Hipertensi
1
0,8
(pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner dan keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat
Gaya hidup buruk
Kegemukan
Konsumsi alkohol
0,9
0,9
0,9
0,8
0,8
0,8

Diabetes militus
0,8
0,8

Umur
0,8
0,8

Stress
0,8
0,8

Emosi
0,8
0,6

Merokok
0,8
0,8

Aktifitas fisik
0,8
0,8

Jenis kelamin
0,7
0,6

Model struktural faktor risiko Utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang

Untuk melihat keberkaitan dengan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dengan kebergantungannya terhadap faktor lain,  di sajikan urutan posisi setiap faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang yaitu , (1) hipertensi sebagai faktor kunci dan merupakan faktor utama dan yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang berada di level 1, (2) kegemukan, (3) gaya hidup buruk, (4) konsumsi alkohol berada pada level 2,     (5) umur, (6) diabetes militus, (7) stress, (8) emosi berada pada level 3, (9) merokok, (10) aktifitas fisik berada pada level 4, (11) jenis kelamin, (12) pola makan berada di level 5, (13) pekerjaan berada di level 6 dan (14) riwayat keluarga, (15) kolesterol berada di level terakhir yaitu level 7.

Faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare

Hasil analisis ISM faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare menunjukkan bahwa dari 15 faktor risiko yang di duga, 1 di antaranya adalah merupakan faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare yaitu faktor gaya hidup buruk merupakan faktor kunci (DP = 15). Sedangkan frekuensi masing-masing posisi driver power dependent faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare, tersaji seperti pada diagram batang.
Gambar 15. Frekuensi driver-power masing-masing faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU A. Makkasau kota Parepare

Faktor di Posisi independent
Hasil analisis ISM faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare menunjukkan bahwa pada posisi independent, terdapat 5 faktor yang merupakan penyebab utama terhadap kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare yang keberadaannya sedikit bergantung dengan faktor lain. Faktor tersebut adalah gaya hidup buruk, merokok, konsumsi alkohol, kolesterol, dan pola makan.
Pola makan adalah faktor yang tidak bebas artinya besar pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner tetapi tidak bergantung pada faktor lainnya. Begitu pula dengan konsumsi alkohol, kolesterol dan gaya hidup buruk merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner yang berpengaruh besar meskipun tidak berpengaruh terhadap faktor lain.

Faktor di posisi linkage
Hasil analisis ISM faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare menunjukkann bahwa posisi linkage, terdapat 3 faktor yang merupakan faktor yang sangat penting dan harus mendapat banyak perhatian bagi pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan maupun pejabat pemerintah yang berwenang di Kota Parepare. Ke 3 faktor tersebut adalah diabetes militus, kegemukan dan stress. Dari 3 faktor 1  yang merupakan faktor utama  yang paling serius mendapat perhatian yaitu diabetes militus.
Diabetes militus merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner yang mesti di kaji secara hati hati, karena hubungannya dengan faktor lain tidak stabil. Seperti di ketahuai bahwa diabetes militus adalah faktor besar yang memberi kontribusi kepada penyakit jantung koroner. Penderita diabetes militus memiliki risiko risiko relatif 2 kali lipat lebih besar terkena penyakit jantung koroner di bandingkan dengan yang bukan penderita diabetes militus.

Faktor di posisi dependent
Hasil analisis ISM faktor risiko utama  kejadian penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa pada posisi Dependent terdapat 7 faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare. Faktor tersebut adalah aktifitas fisik, emosi, riwayat keluarga, hipertensi, pekerjaan, umur dan jenis kelamin, seperti terlihat pada gambar 14. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ini kebergantungannya terhadap faktor lain dan keterkaitannya dengan kejadian penyakit jangtung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare membutuhkan satu sama lain. Dengan demikian apabila salah satu faktor yang berada pada posisi ini tidak baik pengaruhnya maka akan menyebabkan faktor lain juga terkait.

Faktor di posisi autonomous
Hasil analisis ISM faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare menunjukkan bahwa pada posisi autonomous, tidak terdapat faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner, seperti telihat pada gambar 14. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang kebergantungannya terhadap faktor dan keterkaitannya dengan kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare tidak ada. Artinya faktor apapun yang berada pada posisi ini tidak akan mempengaruhi sistem yaitu kejadian penyakit jantung koroner. Sehingga faktor yang berada pada posisi ini biasanya tidak terlalu penting, meskipun kadang-kadang perannya juga kuat.
Hasil analisis ISM faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare yang menunjukkan posisi ke 15 faktor ini adalah berada di posisi dependent, linkage dan independent, hal ini menunjukkan kebergantungannya dengan kelima belas faktor sangat kuat dan keterkaitannya dengan faktor lain juga kuat. Sebagai faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare di tunjukkan dengan rata-rata bobot DP = 8,94 dan D = 8,96 Penjelasan bahwa faktor ini sebagai risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare sangat kuat. Oleh karena itu perlu perhatian yang serius terhadap ke 15 baik dari pasien sendiri, petugas kesehatan maupun  keluarga pasien penyakit jantung koroner itu sendiri. Posisi berdasarkan bobot driver power-dependent ke lima belas dapat telihat seperti pada Tabel 12.

Tabel  12 .  Posisi  bobot  driver  power  -  dependent faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau Kota Parepare.
POSISI
FAKTOR RISIKO
BOBOT
DP
D
Independent
Gaya hidup buruk
1
0,33
(pengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner kuat, tetapi keberkaitannya dengan faktor lain lemah)
Merokok
Konsumsi alkohol
0,93
0,8
0,33
0,4

Kolesterol
0,8
0,46

Pola makan
0,66
0,46

Rata-rata
4,19
1,98
Linkage (pengeruhnya terhadap pJK dan
Diabetes militus
0,73
0,73
keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat)
Kegemukan
0,66
0,6

stress
0,66
0,6

Rata-rata
2,05
1,93
Dependent
Aktifitas fisik
0,46
0,6
(pengaruhnya terhadap kejadian penyakit jantung koroner lemah tetapi keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat)
Emosi
Riwayat keluarga
Hipertensi
0,46
0,4
0,86
0,66
0,8
0,33

pekerjaan
0,26
0,8

Umur
0,2
0,86

Jenis kelamin
0,06
1

Rata-rata
2,7
5,05

Model struktural faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau Kota Parepare
Untuk melihat keberkaitan dengan faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare dengan kebergantungannya dengan faktor lain, di susunlah model struktural faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner seperti pada urutan posisi setiap faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare yaitu , (1) gaya hidup buruk sebagai faktor kunci dan merupakan faktor  utama dan yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung di RSU Andi Makkasau kota Parepare berada di level 1, (2) merokok berada di level 2, (3) hipertensi berada di level 3, (4) kolesterol, (5) konsumsi alkohol di level 4, (6) diabetes militus berada di level 5, (7) stress, (8) pola makan, (9) kegemukan berada di level 6, (10) aaktifitas fisik, (11) emosi barada pada level 7, (12) pekerjaan, (13) riwayat keluarga berada pada level 8, (14) umur dan (15) jenis kelamin masing masing berada di level 9 dan level 10. Berdasarkan pengolahan dan analisis data dengan ISM di atas terhadan faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner pada RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang, faktor risiko yang menjadi faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner adalah hipertensi dengan bobot DP = 1, 0 dan D = 0,8 yang sekaligus menjadi faktor kunci (DP-15) sedangkan hasil pengolahan dan analisis data dengan ISM faktor risiko utama di RSU Andi Makkasau kota Parepare adalah gaya hidup buruk dengan bobot DP = 1,0 dan D = 0,3 yang juga menjadi faktor kunci  (DP-15).

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di laksanakan di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare dapat di simpulkan sebagai berikut :
1.         Hasil identifikasi faktor penyebab kejadian penyakit jantung koroner  terhadap 15 faktor dugaan menunjukkan bahwa fakator yang mejadi penyebab tertinggi kejadian penyakit jantung koroner yaitu Merokok, Hipertensi, umur, diabetes militus dan Obesitas, gaya hidup buruk, konsumsi alkohol, Riwayat keluarga, stres, aktifitas fisik, Emosi, jenis kelamin, kolesterol, pekerjaan.
2.         Hasil analisis ISM terhadap faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang yaitu merokok, konsumsi alkohol, hipertensi, kegemukan, gaya hidup buruk dan stres sedangkan faktor risiko penyakit jantung koroner di RSU Andi Makkasau kota Parepare adalah  Diabetes militus, Merokok, Riwayat Keluarga, Kolesterol, Kegemukan dan gaya hidup buruk. Hal ini menujukkan bahwa antara RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dengan RSU Andi Makkasau kota Parepare faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner hampir sama faktor risikonya yaitu  merokok, DM, kegemukan gaya hidup buruk dan lain-lain.
3.         Hasil analisis ISM faktor risiko utama kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang yaitu Hipertensi sedangkan faktor risiko utama di RSU Andi Makkasau kota Parepare adalah gaya hidup buruk.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang dan RSU Andi Makkasau kota Parepare, maka di pandang perlu mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1.         Disarankan kepada tenaga kesehatan dan pemerintah untuk mengambil tindakan khususnya mengadakan pencegahan dini kepada masyarakat seperti melakukan penyuluhan tentang apa itu penyakit jantung koroner dan faktor apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.
2.         Disarankan kepada setiap orang terutama para penderita penyakit jantung koroner untuk mengubah pola makan yang lebih sehat seperti seringlah memakan sayur – sayuran, buah-buahan segar, dan hindarai makanan yang mengandung lemak dan kolesterol.
3.         Disarankan bagi setiap masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan dengan mengubah mengubah gaya hidup yang kurang baik menjadi lebih baik seperti sering berolahraga dan banyak melakukan aktivitas fisik terutama bagi penderita penyakit jantung koroner.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Penyakit jantung koroner. http.//pendahuluan-latarbelakang PJK.httml. [3 Maret 2015]

Bustan. 2007. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Djanggan S. 1993. Upaya Pencegahan Primer dan Sekunder Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Medika.

Darman R. 2011. Penyakit Jantung Koroner. (http://dokternetwordkangk97.blogspot.com/2011/01obesitas-dan-penyakit-jantung-koroner.html) obesitas. [Diakses 2 April 2015]

Eriyatno. 1999. Ilmu sistem (meningkatkan mutu dan efektivitas manajemen). Bogor: IPB Press

Fauzi Y. 2011. Jangan biarkan hipertensi mempengaruhi jantung. [online]. http://www.inash.or.id/upload/new.pdf.  [26 maret 2015].

Gery D. 2004. Karakteristik pekerjaan. Digilib. Unpas. Ac. Id/download : 16.    [ di akses 27 agustus 2015]

Hungu. 2007. G Marbun. 2011. Landasan teori jenis kelamin II.repository.usi.ac.id//bitstream. II: hal 13. [di akses 27 agustus 2015]

Hadra. 2012. Analisis faktor resiko penyakit jantung koroner pasien rawat inap RSUD A.Makkasau parepare. Parepare: Fikes UMPAR

Kaplan N. 1991. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakrta.

Kaplan S. 1995. Meswaspadai Bludrog dan Serang Strok. [Diakses dari WWW.DEPKES.COM. 03 Maret 2015].

Kemal. 2007. Merokok menurut para ahli.dilihatya informasi kesehatan.com [di akses 27 agustus 2015]

Lazarus F. 1989. Landasan teori stress. repository.usi.ac.id.//bitstream. [di akses 27 agustus 2015]

Londong H. 2011. Perbandingan penyakit jantung koroner di RSUD. Elim Tana   Toraja   Dengan RS Dr. Wahidin Sudirhusodo Makassar. Makassar: Stikes Nani hasanuddin

Mauro. 1988. Faktor resiko PJK. http.//pengaruh pekerjaan terhadap PJK.html.  [20 maret 2015]
Kartohoeodo. 1982. Penyakit Jantung Koroner. http.//jantung koroner.html. [10 Maret 2015]
Mcgowan  P. 2001. Mejaga Kebugaran Jantung. Jakarta : PT Rajagrafindo persada.

Muttaqin A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo S. 2010. Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Ponyah S. 2011. Gaya Hidup yang tidak sehat pada masyarakat terhadap penyakit jantung. http://yettiseptianimustar.blogspot.com/2011/pengaruh-gaya-hidup-yang-tidak-sehat.html. [Diakses 2 Aril 2015]

Prasetyawati E. 2011. Ilmu Kesehatan Masyrakat. Yogyakarta : Nuha Medika.

Price S. 2006. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jilid 2. Edisi 4. Jakarta. EGC

RSUD Massenrempulu. 2012. Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Massenrempulu Kabupaten Enrekang. Enrekang : Enrekang Press

________. 2013. Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Masenrempulu Kabupaten Enrekang. Enrekang : Enrekang Press

________. 2014. Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Masenrempulu Kabupaten Enrekang. Enrekang : Enrekang Press.

RSU Andi Makkasau. 2012. Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Andi Makkasau  Parepare. Parepare : Pare-pare Press

________. 2013. Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum  Andi Makkasau  Parepare. Parepare : Pare-pare Press

________. 2014. Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum  Andi Makkasau  Pare-pare. Parepare : Parepare Press

Ruhyanudin F. 2007. Kardiovaskuler (Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem kardivaskuler). Edisi Revisi. Malang : UMM press.

Shivaramakrishna. 2010 Penyakit jantung koroner. [online]. http://ilmukes.blogspot.com   /2012/09/ makalah-jantung-koroner.html. [14 maret 2015]

Simanulang P.2004. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Status Kesehatan. Medan. http://uda.ac.id/jurnal/files/6.pdf [diakses 28 Maret 2015].

Sulistyoningsih. 2011. Suparyanto. 2012.Sekilas tentang pola makan. Dr. Suparyoto. M.kes.blogspot.com. [di akses 27 agustus 2015]

Susilo dkk. 2011. Cara Jitu Mengatasi Penyakit Kencing Manis (Diabetes militus). Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Susilo dkk. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Sutriani. 2012. Pengaruh penderita hipertensi terhadap pola makan. Parepare: Fikes UMPAR

Tejayadi S.1991. Kolesterol dan Hubungannya Dengan Penyakit Kardiovaskular dalam Cerminan Dunia Kedokteran No 73.1991.

Trihono. 2013. Hasil RISKESDAS 2013. [online]. http://www.kidney.0rg/professionals/kdoqi/pdf/ckd_evaluation_classification_ stratification.pdf.  [Diakses 21 maret 2015]

­Tya K. 2014. seorang dengan tipe A dan tipe B dengan pengaruh penyakit jantung koroner.http://tyaarumkusuma.blogspot.com/2014/11/pengaruh-tipe-perilaku-terhadap.html. [diakses 2 april 2015]

Wijaya dkk. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika