KATA PENGANTAR
Assalamualaikum,Wr.Wb
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan
Yang
Maha Esa. Karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah kita diberikan nikmat kesehatan hingga sampai sekarang ini dan taklupa pula kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW. Serta para sahabat-sahabat-Nya,
pengikut-pegikutnya hingga akhir zaman.Dimana yang
telah mengajarkan iman dan islam kepada kita,
sehingga kita dapat menikmati indahnya keimanan dan Islam.
Denganpenuh rasa syukur kami
ucapkan karena dapat menyelesaikan tugas tentang penyakit
RABIES, yang diberikan kepada kami sebagai tugas dalam pembelajaran.Dalam penulisan dan penyusunan
kata-kata pada tugas ini masih banyak kesalahan penulisan, untuk itu kami
selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pembaca
demi kesempurnaan penulisan di masa yang
akan datang.
Akhir kata semoga materi yang
kami susun dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Wassalamu’alaikumWr.Wb
Parepare, 19 April 2014
Andriati
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyakit
Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan
oleh virus rabies. Penyakit anjing gila ini mempunyai sifat zoonotik yaitu
penyakit yang dapat ditularkan dari hewan pada manusia.penyakitanjing gila atau rabies ini bisa menular kepada manusia melalui gigitan.
Rabies berasal dari kata latin
“rabere” yang berarti “gila”, di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing
gila. Rabies merupakan suatu penyakit hewan menular akut yang bersifat zoonosis
(dapat menular ke manusia). Secara resmi, kasus rabies di Indonesia pertama
kali dilaporkan oleh Esser tahun 1884 pada seekor kerbau. Tahun 1889 oleh
Penning dilaporkan terjadi pada seekor anjing, dan kejadian pada manusia
dilaporkan oleh Eilerts de Haan pada tahun 1894. Semua kejadian kasus ini terjadi
di Jawa Barat.
Daerah di Indonesia yang saat ini
masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi, meliputi: Pulau Sumatera (Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung), Pulau
Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Dan kasus terakhir yang terjadi adalah
Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram). Propinsi
DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat telah dinyatakan bebas dari rabies melalui
SK Menteri Pertanian No. 566 Tahun2004 setelah dilakukan evaluasi dari hasil
surveilans yang dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates tidak ditemukan
kasus rabies di Propinsi DKI Jakarta dan Banten sejak tahun 1996, dan Propinsi
Jawa Barat sejak tahun 2001. Dengan diterbitkannya SK.
Mentan bebas rabies ini, maka
seluruh Pulau Jawa telah bebas rabies karena Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta telah lebih dahulu dibabaskan berdasarkan SK Mentan No. 897 Tahun
1997. Meskipun demikian vaksinasi tetap harus dilaksanakan terutama di
kabupaten-kabupaten yang berbatasan langsung ke Pulau Sumatera.
Daerah yang secara historis bebas
rabies (belum pernah ada kasus rabies) adalah Propinsi Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur (kecuali Pulau Flores), Kalimantan Barat, Papua,
Irian Jaya Barat, Maluku Utara, Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka-Belitung
dan sampai saat ini tetap dapat dipertahankan bebas rabies.Propinsi terbaru yang tertular rabies
adalah Maluku tepatnya di Kota Ambon dan Pulau Seram. Sebelumnya Propinsi
Maluku merupakan daerah bebas rabies secara historis. Kasus gigitan anjing
pertama kali dilaporkan tanggal 28 Agustus 2003 di kota Ambon oleh Puskesmas
Lateri dan Urimesing. Sampai bulan November 2003 dilaporkan telah memakan 17
orang korban jiwa, sedangkan sampai dengan bulan Mei 2004 jumlah korban jiwa
tercatat 21 orang.Sebaran rabies yaitu Kota Ambon (Kecamatan Teluk
Ambon Baguala, Nusaniwe dan Sirimau) dan Kabupaten Maluku Tengah, yaitu di
kecamatan Salahatu, Leihitu, Amahai dan Kairatu. Penyebab penyebaran virus
rabies di Maluku diduga melalui anjing yang diduga berasal dari Propinsi
Sulawesi Tenggara (Kendari) yang dibawa oleh para nelayan.B. Rumusan Masalah
a)Sejarah Penyakit Rabies
b) Pengertian Penyakit Rabies
c)Etimologi
d) Penyebab virus rabies
e) Tahapan rabies pada hewan
f) Tanda - anda rabies pada hewan dan manusia
g) Manifestasi
klinik
h) Diagnosis
i) Penanganan penyakit rabies
j) Pengobatan penyakit rabies
k) Pencegahan
penyakit rabies
C. Tujuan Penulisan
a) Untuk mengetahui sejarah
penyakit rabies
b) Untuk mengetahui pengertian
penyakit rabies
c) Untuk mengetahui etimologinya
d) Untuk mengetahui penyebab virus rabies
e) Untuk mengetahui tahapan pada
hewan
f) Untuk mengetahui tanda-tanda
rabies pada hewan dan manusia
g) Untuk mengetahui manifestasi
klinik
h) Untuk mengetahui diagnosinya
i) Untuk mengetahui penanganan
penyakit rabies
j) Untuk mengetahui pengobatan
penyakit rabies
k)
Untuk mengetahui pencegahan penyakit rabies
BABII
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Penyakit Rabies
Rabies bukanlah penyakit baru dalam
sejarah perabadan manusia. Catatan tertulis mengenai perilaku anjing yang
tiba-tiba menjadi buas ditemukan pada Kode Mesopotamia yang
ditulis 4000 tahun lalu serta pada Kode Babilonia Eshunna
yang ditulis pada 2300 SM.Democritus pada 500 SM juga
menuliskan karakteristik gejala penyakit yang menyerupai rabies.
B.
Pengertian
Penyakit Rabies
Penyakit
Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang menular yang
disebakan oleh virus dan dapat menyerang hewan berdarah panas dan manusia.Pada
hewan yang menderita Rabies, virus ditemukan dengan jumlah banyak pada air
liurnya. Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama
melalui luka gigitan . Oleh karena itu bangsa Karnivora (anjing,kucing,
serigala) adalah hewan yang paling utama sebagai penyebar Rabies. Penyakit
Rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan ditakuti karena
bila telah menyerang manusia atau hewan akan selalu berakhir dengan kematian.
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat
ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan
hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
C. Etimologi
Kata
rabies berasal dari bahasa
Sansekerta kuno rabhas
yang artinya melakukan kekerasan/kejahatan. Dalam bahasa Yunani, rabies disebut Lyssa atau Lytaa yang
artinya kegilaan. Dalam bahasa Jerman, rabies disebut tollwut yang berasal dari
bahasa Indojerman Dhvar yang artinya merusak dan wut yang artinya
marah. Dalam bahasa
Prancis, rabies disebut rage
berasal dari kata benda robere yang artinya menjadi gila. Rabies berasal dari kata latin “rabere” yang
berarti “gila”, di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila. Rabies merupakan
suatu penyakit hewan menular akut yang bersifat zoonosis (dapat menular ke
manusia). Secara resmi, kasus rabies di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh
Esser tahun 1884 pada seekor kerbau. Tahun 1889 oleh Penning dilaporkan terjadi
pada seekor anjing, dan kejadian pada manusia dilaporkan
oleh Eilerts de Haan pada tahun 1894. Semua kejadian kasus ini terjadi di Jawa
Barat.
D.
Penyebab
Virus Rabies
Rabies disebabkan oleh virus rabies
yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genusLysavirus.
Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki
satu utas negatif RNA yang tidak
bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai
perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis.
Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon
lotor) dan sigung (Memphitis
memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes
vulpes) di Eropa, dan anjing
di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan
Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi Hewan perantara
menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui
gigitan.Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang
terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak
dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke
jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.Hewan
yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/ tenang.Pada
rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif,
menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes,
meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati.
Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau
kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit
bernapas, serta menunjukkan kegalakan
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa
ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka terekspos udara yang
mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus rabies terjadi pada
penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada jutaan kelelawar hidup di tempat
tersebut Mereka diduga tertular lewat udara
karena tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
Virus rabies
terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi.Hewan ini memularkan infeksi
kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan.
Virus akan berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla
spinalis dan otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan
berpindah lagi melalui saraf menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air
liur Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling
sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa
menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung,
rubah.Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika dan
Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit
ini.
Hewan yang
terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak.
Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati.Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.
Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati.Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.
E.
Tahapan Rabies Pada Hewan
Perjalanan
penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase (tahap):
a) Fase
Prodormal :Hewan mencari tempat dingin
dan menyendiri , tetapi dapat menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata
meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari .
Setelah fase Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bias langsung ke fase
Paralisa.
b) Fase
Eksitasi : Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja
yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata
menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran , selanjutnya masuk ke
fase Paralisa.
c)
Fase Paralisa :Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan
kematian F. Tanda - Tanda Rabies Pada Hewan Dan Manusia
1) Pada Hewan
Pada anjing
dan kucing, penyakit Rabies dibedakan menjadi 2 bentuk , yaitu bentuk diam
(Dumb Rabies) dan bentuk ganas (Furious Rabies).
vTanda tanda Rabies bentuk diam
:
a)
Terjadi kelumpuhan pada
seluruh bagian tubuh
b)
Hewan tidak dapat mengunyah dan menelan makanan, rahang bawah tidak dapat
dikatupkan dan air liur menetes berlebihan.
c)
Tidak ada keinginan menyerang atau mengigit. Hewan akan mati dalam beberapa
jam.
vTanda tanda Rabies
bentuk ganas:
a) Hewan menjadi agresif dan tidak lagi mengenal
pemiliknya.
b) Menyerang
orang, hewan, dan benda-benda yang bergerak.
c) Bila berdiri
sikapnya kaku, ekor dilipat diantara kedua paha belakangnya .
d) Anak anjing menjadi lebih
lincah dan suka bermain , tetapi akan menggigit bila dipegang dan akan menjadi
ganas dalam beberapa jam.
2) Pada Manusia
Tanda- tanda
penyakit rabies pada manusia:
a) Rasa takut
yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan suara.
b) Airmata dan air liur keluar berlebihan
c) Pupil mata membesar.
d) Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan
nampak kesakitan
e)
Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu
lumpuh dan akhirnya meninggal dunia.
G.
Manifestasi
Klinis
Gejala
rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi.Masa
inkubasi virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari pada anjing tetapi
bisa mencapai 9 bulan pada manusia. Bila disebabkan oleh gigitan anjing, luka
yang memiliki risiko tinggi meliputi infeksi pada mukosa, luka di atas daerah
bahu (kepala, muka, leher), luka pada jari tangan atau kaki, luka pada kelamin,
luka yang lebar atau dalam, dan luka yang banyak. Sedangkan luka dengan risiko
rendah meliputi jilatan pada kulit yang luka, garukan atau lecet, serta luka
kecil di sekitar tangan, badan, dan kaki.
Gejala sakit yang akan dialami
seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4 stadium :
a) Stadium prodromal
Dalam
stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita tidak khas, menyerupai
infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf
anoreksia, pusing dan pening (nausea), dan lain sebagainya.
b) Stadium sensoris
Dalam
stadium sensori penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka
gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur (hipersalivasi),
dilatasi pupil, hiperhidrosis, hiperlakrimasi
c) Stadium eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah,
mudah kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi
ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan
ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya gangguan daerah
otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada
penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala
berusaha menelan air d) Stadium paralitik
Pada stadium paralitik setelah
melalui ketiga stadium sebelumnya, penderita memasuki stadium paralitik ini
menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif.
Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka
umumnya keempat stadium di atas tidak dapat dibedakan dengan
jelas.Gejala-gejala yang tampak jelas pada penderita di antaranya adanya nyeri
pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan cahaya, serta suara
yang keras.Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gelaja yang tampak adalah dari
jinak menjadi ganas, hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang,
serta ekor dilengkungkan di bawah perut.
H.
Diagnosis
Jika
seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi.Satu-satunya
uji yang menghasilkan keakuratan 100% terhadap adanya virus rabies adalah
dengan uji antibodi fluoresensi langsung (direct fluorescent antibody test/
dFAT) pada jaringan otak hewan yang terinfeksi. Uji ini telah digunakan
lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar dalam diagnosis rabies.Prinsipnya
adalah ikatan antara antigen rabies
dan antibodi spesifik
yang telah dilabel dengan senyawa fluoresens yang akan berpendar sehingga
memudahkan deteksi. Namun, kelemahannya adalah
subjek uji harus disuntik mati terlebih
dahulu (eutanasia)
sehingga tidak dapat digunakan terhadap manusia. Akan
tetapi, uji serupa tetap dapat dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum tulang belakang, atau
air liur penderita walaupun tidak memberikan keakuratan 100%.Selain itu,
diagnosis dapat juga dilakukan dengan biopsi kulit
leher atau sel epitelkorneamata walaupun
hasilnya tidak terlalu tepat sehingga nantinya akan dilakukan kembali diagnosis
post mortem setelah hewan atau manusia yang terinfeksi meninggal
I. Penanganan Penyakit Rabies
Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya, Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan.
a) Penanganan terhadap orang yang digigit (korban)
Segera cuci luka gigitan dengan air bersih dan
sabun atau detergen selama 10 sampai 15 menit (gigitan yang dalam disemprot
dengan air sabun ) kemudian bilas dengan air yang mengalir , lalu keringkan
dengan kain bersih. Luka kemudian diberi obat luka yang tersedia (misalnya
betadin) lalu dibalut dengan pembalut atau kain yang bersih.Korban secepatnya
dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat untuk mendapat perawatan lebih
lanjut.
b) Penanganan terhadap hewan yang menggigit
Anjing, kucing
dan k era yang menggigit manusia atau hewan lainnya harus dicurigai menderita
rabies. Terhadap hewan tersebut harus diambil tindakan sebagai berikut :Bila
hewan tersebut adalah hewan peliharaan atau ada pemiliknya , maka hewan
tersebut harus ditangkap dan diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk
diobservasi selama 14 hari. Bila hasil observasi negatif rabies maka hewan
tersebut harus mendapat vaksinasi rabies sebelum diserahkan kembali kepada
pemiliknya. Bila hewan yang menggigit adalah hewan liar (tidak ada pemiliknya)
maka hewan tersebut harus diusahakan ditangkap hidup dan diserahkan kepada
Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi dan setelah masa observasi selesai
hewan tersebut dapat dimusnahkan atau dipelihara oleh orang yang berkenan , setelah
terlebih dahulu diberi vaksinasi rabies. Bila hewan yang menggigit sulit
ditangkap dan terpaksa harus dibunuh, maka kepala hewan tersebut harus diambil
dan segera diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium.Jika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus
diawasi.
J.
Pengobatan
Penyakit Rabies
Bila
terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis.Rabies dapat diobati, namun
harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan
gejala.Bila gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan
penyakit ini.Kematian biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala
pertama. Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi
rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptikalkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang belum diimunisasi selama 10 tahun
terakhir akan diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies
yang dikombinasikan dengan vaksin.Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat
gigitan dan separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang.Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali
suntikan.Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat
bekas gigitan. Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan
28.Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat
penyuntikan vaksin.
K. Pencegahan Penyakit Rabies
Pencegahan
rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan rutin, hindari
memelihara hewan liar di rumah, jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit
rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan
vaksinasi rabies.
Vaksinasi
idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya
waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap
rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya
vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah
satu cara pencegahan yang harus diperhatikan.
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan
sesegera mungkin setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies,
karena bila tidak dapat mematikan (letal) Langkah-langkah untuk mencegah rabies
bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terkena gigitan
Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang berisiko
tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu:
Dokter hewan ,Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang
terinfeksi Orang-orang yang menetap atau
tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan Para
penjelajah gua kelelawar.Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya, Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit
Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang menular yang
disebakan oleh virus dan dapat menyerang hewan berdarah panas dan manusia.Rabies
disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genusLysavirus .Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah
terinfeksi. Masa inkubasi virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari
pada anjing tetapi bisa mencapai 9 bulan pada manusia.
Bila
terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis.Rabies dapat diobati, namun
harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan
gejala.Bila gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan
penyakit ini.Kematian biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala
pertama.
Penanganan Penanganan terhadap orang yang digigit
(korban) Segera
cuci luka gigitan dengan air bersih dan sabun atau detergen selama 10 sampai 15
menit (gigitan yang dalam disemprot dengan air sabun ) kemudian bilas dengan
air yang mengalir , lalu keringkan dengan kain bersih. Luka kemudian diberi
obat luka yang tersedia (misalnya betadin) lalu dibalut dengan pembalut atau
kain yang bersih.Korban secepatnya dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit
terdekat untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan
memvaksinasi hewan peliharaan rutin, hindari memelihara hewan liar di rumah,
jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit rabies, segeralah ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies.Pencegahan
rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan
oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan (letal) .
B. Saran
Adapun saran dari penulis dengan adanya makalah
ini, para pembaca dapat dapat mengetahui
apa yang dimaksud dengan penyakit rabies dan dapat mencegah penyakit tersebut
serta dapat melakukuan tindakan lebih lanjut jika seseorang digigit hewan.