Sabtu, 12 Januari 2013


Tugas individu
HYGIENE INDUSTRY”
disusun oleh :
andryah
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2012/2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkah dan rahmatNya kami masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini,shalawat dan taslim tak lupa pula kita krimkan kepada kekasih ALLAH SWT, rasulullah MUHAMMAD SAW,yang telah mengantarkan kita dari alam kehinaan menuju alam yang terang benderang.
Alhamdulillah Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah “DASAR-DASRA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA”, kami sebagai penyusun telah mengumpulkan beberapa sumber,kajian dan literatur lainnya guna menyelesaikan tugas makalah ini yang dimana membahas mengenai ”hygiene industry” .
Rampungnya tugas makalah ini akibat usaha,solidaritas,dan kerja keras teman-teman sekalian khususnya buat saya tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Anugrah Perdana , SKM , M.kes yang telah memberikan arahan,saran dan semangatnya guna merampungkan tugas makalah ini.
Makalah ini tentunya mempunyai kekuranagan dan kesalahan,maka dari itu kami sebagai penyusun sangat membutuhkan saran,serta kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga pembahasan yang terdapat dalam makalah ini dapat memberikan manfaat,inspirasi,dan menambah wawasan mengenai Program kesehatan dan keselamtan kerja bagi setiap pembacanya dimanapun berada. Amin ya rabbal alam


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja diantaranya melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko bagi tenaga kerja yang mungkin dihadapi di lingkungan kerjanya, maka perlu adanya personil di lingkungan industri yang mengerti tentang hygiene industri dan menerapkannya di lingkungan kerjanya.
B.    Kajian teori
Seperti halnya profesi yang lain, menentukan kapan pertama kalinya praktek higiene industri dilakukan sangat sulit untuk ditentukan, bahkan hampir mustahil. Namun, kita bisa mulai menjawabnya dengan mengidentifikasi kapan manusia mulai menyadari adanya bahaya di tempat kerja dan bagaimana cara mengendalikannya.
Pada tahun 370 SM, seorang dokter yang bernama Hippocrates (460-370SM) membuat tulisan tentang penyakit akibat kerja, keracuan timbal pada pekerja pertambangan dan metalurgi. Tulisannya ini merupakan tulisan pertama dalam bidang kedokteran kerja (occupational medicine).
Pada awal abad pertama setelah masehi, Plinius Secundus (Pliny the Elder) menulis bahwa ”sedikit penambang …..menyelimuti mukanya dengan loose bladder (kain penutup yang terbuat dari kandung kemih binatang), yang memungkinkan mereka melihat tanpa menghirup debu-debu yang berbahaya”. Dari tulisannya tersebut kita melihat bahwa pada awal abad pertama setelah masehi, Pliny berhasil mengidentifikasi adanya bahaya debu di tempat kerja dan menuliskan bagaimana sebagian pekerja telah berusaha melakukan kontrol terhadap bahaya tersebut dengan menggunakan alat pelindung diri berupa loose bladder. Pada tahun 1473, Ellenbog mengenali bahaya dari uap logam dan menggambarkan gejala-gejala akibat keracunan uap logam timbal dan merkuri. Ellenbog juga memberikan beberapa saran bagaimana cara mencegah keracunan tersebut.
Pada tahun 1556, Georgius Agricola menerbitkan tulisan De Re Metallica menyatakan bahwa semua aspek di industri pertambangan, peleburan dan penyulingan, tidak ada yang terbebas dari penyakit dan celaka, dan alat yang bisa digunakan untuk mencegah penyakit dan celaka tersebut adalah ventilasi. Dilanjutkan dengan adanya hasil penelitian yang luar biasa dari Paracelsus, pada tahun 1567 tentang penyakit respirasi pada pekerja pertambangan disertai penjelasan tentang keracunan merkuri.
De Morbis Artificium Diatriba (penyakit para pekerja) merupakan tulisanpertama yang dianggap sebagai risalah lengkap dalam bidang penyakit akibat kerja. Tulisan ini adalah hasil karya Bernardino Ramazzini (1633-1714), yang dikenal sebagai Bapak kedokteran kerja (occupational Medicine) dan diterbitkan pada tahun 1713. Melalui observasinya sendiri, Ramazzini menggambarkan dengan sangat akurat stratifikasi dari pekerjaan, bahaya yang ada di tempat kerja tersebut dan penyakit yang mungkin muncul akibat pekerjaan tersebut. Meskipun Ramazzini memberikan cara pencegahan penyakit tersebut, seperti perlunya menutupi wajah untuk menghindari debu, tetapi kebanyakan dari rekomendasinya bersifat terapi dan kuratif.
Pada tahun 1775 Percival Pott, menyatakan bahwa para pekerja pembersih cerobong asap di Inggris menderita penyakit kanker skrotum. Percival Pott menekankan bahwa adanya jelaga dan kurangnya higiene di cerobong asap yang menyebabkan terjadinya kanker skrotum. Dari penelitiannya ini, maka Percival Pott menjadi Occupational epidemiologist pertama dalam sejarah.
Baru pada abad ke-19, dua orang dokter yakni Charles Thackrah di Inggris dan Benjamin W. Mc Cready di Amerika, memulai lahirnya literatur modern dalam bidang rekognisi penyakit akibat kerja. On the influenece of Trades, Professions, and Occupations in the United States, in the Production of disease, hasil karya Benjamin Mc Cready, merupakan literatur kedokteran kerja pertama yang dipublikasikan di Amerika.
C.  Komponen dan Ruang Lingkup Higiene Industri
      Menurut Suma’mur (1976) Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap derajat Kesehatan yang setinggi- tingginya.
Sehingga Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat masyarakat.
Sampai saat ini, jumlah angkatan kerja yang bekerjapada sektor-sektor industri baik industri pemerintah maupun swasta, sektor formal maupun informal, semakin bertambah seiring dengan perkembangan proses industrialisasi.
Akibat perkembangan industrialisasi, maka diperkirakan kedepan akan terdapat dua wilayah pola penyakit di Indonesia yang dapat mengenai tenaga kerja, yaitu penyakit infeksi yang memang akan terus ada dan penyakit non infeksiyang disebabkan oleh non-living organisme atau non-living contaminants seperti zat-zat kimia, debu, panas,logam-logam berat, tekanan mental, perilaku hidup tidak sehat, dan lain-lain.
Beberapa jenis penyakit non infeksi sebagai salah satu dampak industrialisasi antara lain : pneumokoniosis, penyakit kanker, penyakit kardiovaskuler, keracunan zat-zat kimia/logam berat, ketulian akibat bising, kecelakaan akibat kerja dan lain-lain. Semua dampak tersebut di atas dengan mudah dapat terjadi apabila upaya-upaya perlindungan terhadap tenaga kerja dan pembinaan/pengawasan lingkungan kerja tidak mendapat perhatian.
D.    Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud higiene industry?
2.     Apa saja yang menjadi ruang lingkup hygiene industry?
3.     Bagaimana potensi bahaya pada faktor fisika dan factor kimia yang terjadi dalam hygiene industry?
E.    Tujuan
1.     Untuk mengetahui definisi dari hygiene industry.
2.    Dapat mengetahui  ruang lingkup hygiene industry.
3.    Mengetahui Potensi bahaya di lingkungan industry dan mengetahui factor kimia dan fisik yang terjadi di dalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi hygiene industry
Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat juga merupakan Ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stress yang muncul di tempat kerja yang mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan.
B.     Ruang lingkup higiene industri
Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode dalam implementasi Hygiene Industri, dimana urutan ini tidak bisa dibolak balik dan merupakan suatu siklus yang tidak berakhir (selama aktivitas industry berjalan).
Ruang lingkup hygiene industry terdiri dari :
1.  Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene industri di tempat kerja.
a)    Adapun tujuan dari antisipasi adalah :
·         Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko yang nyata.
·         Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
·         Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
b) Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu :
·         Pengumpulan Informasi/data
Pengumpulan dan analisi data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkah-langkahnya biasanya disebut strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan dan data yang telah diperoleh. Secara umum langkah-langkahnya ada kesamaan antara satu penelitian dengan penelitian lainnya, tetapi di dalamnnya ada variasi.
·         Perencanaan
          Meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informasn-informan sebagai sumber data. Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposive.
·         Memulai Pengumpulan Data
           Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan hubungan baik, menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data. Peneliti memulai wawancara dengan beberapa informan yang telah dipilih kemudian dilanjutkan dengan teknik bola salju. Pengumpulan data melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan, dan data dokumen. Data dikelompokkan secara intnesif kemudian diberi kode agar memudahkan dalam analisis data.
·         Pengumpulan Data Dasar
           Pengumpulan data diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi. Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan dan dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integrative.
·         Pengumpulan Data Penutup
          Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi. Batas akhir penelitian tidak bias ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti. Peneliti pengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau ditemukan lagi data baru.
·         Melalui studi literature
·         Mempelajari hasil penelitian
·         Dokumen-dokumen perusahaan
·         Survey lapangan
·          Analisis dan diskusi
·         Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
·         Pembuatan Hasil. Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya dan risiko yang dapat dikelompokkan:
o   Berdasarkan lokasi atau unit yaitu mencakup tempat bahaya yang mungkin bisa terjadi pada para tenaga kerja yang sementara berinteraksi di dalam perusahaan.
o   Berdasarkan kelompok pekerja yaitu mencakup usia produktif dalam bekerja. dapat berupa kelompok usia para pekerja yang mempengaruhi kinerjanya dalam bekerja, yang ketika batas ketentuan usia kerjanya masih di pekerjakann dapat beresiko tinggi mengalami bahaya.
o   Berdasarkan jenis potensi bahaya. Secara garis besar potensi bahaya dikelompokan kedalam bahaya mekanis, bahaya elektris, bahaya kimawi, bahaya radiasi, bahaya biologis, bahaya ergonomis  serta bahaya kebakaran atau ledakan.  Bahaya mekanis di lingkungan industry farmasi antaa lain Bahaya kejatuhan benda asing, misalnya ditemukan di lingkungan pergudangan. Kegiatan material handling digudang adalah contoh Aktifitas yang beresiko terhadap bahaya mekanis, untuk itu personel gudang harus sudah memahami dan secara konsisten melaksanakan  safety prosedur material handling. Peralatan yang digunakan misalnya lifter, helm pelindung, rak dll harus dipastikan memenuhi standar keselamatan. Personel yang bekerja sudah terlatih dan menggunakan APD yang memadai. Operator lifter harus sudah menjalankan pelatihan dan bersertifikat dari Departemen atau badan terkait.
Bahaya terkena bagian mesin yang bergerak.  Di bagian produksi atau bagian teknik ada mesin mesin yang dengan bagian bergerak secara mekanis, misalnya vanbelt, roda gigi, piston, punch & Dies, tuas dll. Gerakan ini dapat menimbulkan resiko terhadap keselamatan operator misalnya terjepit, terpotong, tersrempet dll. Untuk itu perlu diperhatikan bahwa semua bagian mesin yang bergerak tersebut harus ditutup agar tidak membahayakan operator, bila memungkinkan dipasang alat pengaman yang bisa mematikan mesin secara otomatis bila cover dibuka. Perlu juga diberikan papan peringatan agar operator sadar akan potensi bahaya bagian mesin yang bergerak.
Bahaya terkena uap atau cairan panas. Beberapa mesin yang yang digunakan di lingkungan produksi menggunakan pasokan steam untuk mengoperasikannya. Penyimpanan Purified Water dan Water for Injection juga menggunakan sirkulasi dalam loop system yang dipanaskan pada suhu 70 – 90° C. Kesalahan prosedur yang dilakukan oleh operator atau kebocoran pada valve dapat menimbulkan resiko terkena cairan panas. Penempatan safety valve yang terlalu dekat dengan work station dapat melukai operator yang bekerja. Pipa utility yang tidak diberi insulasi dan penandaan yang memadai juga berpotensi menimbulkan luka yang serius. Harus diberi peringatan yang jelas peralatan peralatan yang menimbulkan bahaya panas misalnya hot plate diberi tulisan “AWAS PANAS”.
Bahaya bekerja diruang tertutup. Harus ada prosedur ketat jika ada tangki yang cara pembersihannya personel harus masuk kedalam. Pastikan bahwa bahan didalam tangki tidak ada bahan yang bersifat toksis, dan personel bekerja dilengkapi dengan peralatan yang memadai serta melaksanakan semua safety prosedur dengan benar, untuk memastikan hal itu personel tersebut tidak boleh bekerja seorang diri, harus didampingi oleh petugas lain serta dipastikan prosedur LOTO (loct out tag out) sudah dilaksanakan dengan benar. Namun tetap harus diusahakan agar cara pembersihan seperti ini dihindari, digantikan dengan system yang lebih aman misalnya metode CIP dan SIP yang selain hasilnya lebih baik juga lebih aman.
Kondisi udara dengan kelembaban terlalu rendah. Harus diatur agar personel yang bekerja di ruang produksi dengan kelembaban udara yang sangat rendah agar secara periodik keluar dari ruangan dan minum air yang cukup agar tidak mengalami dehidrasi.
Bahaya kebisingan. Suara mesin yang tingkat kebisingannya lebih dari 85 db peronel yang bekerja harus menggunakan pelindung telinga dan lain-lain.
2. Rekognisi
        Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat dll. Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
·         Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran).
·         Mengetahui sumber bahaya dan area yang  berisiko.
·         Mengetahui pekerja yang berisiko
3. Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja. Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
·         Untuk mengetahui tingkat risiko yang mungkin akan terjadi pada para pekerja.
·         Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
·         Untuk memenuhi peraturan (legal aspek) yang di keluarkan oleh instansi atau perusahan.
·         Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
·         Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja sehingga resiko terjadinya kecelakaan bisa terkontrol.
·         Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik
4.  Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
1.     Eliminasi merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
2.    Substitusi merupakan Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah beberapa peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
3.    Isolasi yaitu Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar.
4.    Engineering control merupakan Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja.
5.    Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.
6.    Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti bahan yang kurang berbahaya.
7.    Proses kerja ditempatkan terpisah.
8.    Menempatan ventilasi local/umum pada areal kerja agar sirkulasi udara dapat terproses.
9.    Administrasi control merupakan Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
10. Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya
11.  Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian. Jenis-jenis alat pelindung diri di klasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.
a.   Mata yaitu Sumber bahaya misalnya cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder, proyektil, gas, uap dan radiasi. APD: safety spectacles, goggle, faceshield, welding shield.
b.  Telinga yaitu Sumber bahaya dapat berupa suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
APD: ear plug, ear muff, canal caps.
c.   Kepala yaitu Sumber bahaya berupa tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda berputar. APD: helmet, bump caps.
d.   Pernapasan yaitu Sumber bahaya dapat berupa debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
APD: respirator, breathing apparatus
e.  Tubuh yaitu Sumber bahaya dapat berupa temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi benda tajam, dust terkontaminasi.
APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket.
f.   Tangan dan Lengan yaitu Sumber bahaya dapat berupa temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan listrik, bahan kimia, infeksi kulit. APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.
g.  Kaki yaitu Sumber bahaya berupa lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia dan logam cair, aberasi. APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.
C.    POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK DAN FAKTOR KIMIA YANG TERJADI DALAM HYGIENE INDUSTRY
Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja (occupational health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia.
1.     Bahaya Fisik
Bahaya faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja/tekanan panas, getaran, radiasi dsb.
ü Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa in tensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran. Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi.Sumber Suara Skala intensitas(dB) :
·         Halilintar 120 Kantor gaduh 70
·         Meriam 110 Radio 60
·         Mesin uap 100 Kantor pd umumnya 40
·         Jalan yg ramai 90 Rumah tenang 30
·         Pluit 80 Tetesan air 10
ü  Penerangan atau pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang  higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
·         Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
·         Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
ü Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.
2.  Bahaya Kimia
Bahaya faktor kimia meliputi korosif,debu Pb, NOx, NH3, CO, dsb.
Ø  Korosif
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.

Pertolongan Pertama yang dapat dilakukan bila terkena Bahan Kimia Korosif:

Ada bahan kimia seperti asam sulfat, apabila terkena pada kulit manusia akan menimbulkan luka seperti luka bakar. Jika menemui korban dengan luka seperti itu, lakukan langkah-langkah berikut:

·         Bersihkan bahan kimia dari kulit dengan kain bersih jika memungkinkan. Lalu bilas dengan air dingin yang mengalir selama 10 – 20 menit.
·         Lepas pakaian atau perhiasan yang juga ikut terkena bahan kimia tersebut.
·         Balut bagian yang terkena bahan kimia dengan kain bersih atau baju secara longgar.
·         Jika korban masih merasakan sakit/ panas, ulangi membasuh bagian yang terkena bahan kimia dengan air dingin yang mengalir.
·         Jika perlu berikan obat pengurang rasa sakit
Luka bakar karena bahan kimia biasanya tidak perlu perawatan medis lebih lanjut selama lukanya kecil. Tetapi segera bawa ke dokter jika terjadi:
·         Korban menunjukkan gejala shock seperti pingsan, kulit memucat dan napasnya pendek tersengal-sengal.
·         Luka bakarnya menembus lapisan pertama kulit, dengan luka bakar tingkat dua dan area yang terkena berdiameter lebih dari 7,5 cm.
·         Bahan kimia mengenai mata, wajah, telapak tangan, telapak kaki, persendian utama, pangkal paha atau bokong.
·         Rasa sakit yang timbul tidak mau hilang, meskipun sudah minum obat pengurang rasa sakit.
Ø  Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh. Contoh :
o  Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
o  Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
o  Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
o  Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
o  Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )
Ø  Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak ).
Contoh :
o   Kulit : asam, basa,pelarut, minyak.
o   Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
Reaksi Alergi
Apa yang dimaksud dengan alergi? Alergi berasal dari bahasa Yunani yaitu allon atau argon. Artinya adalah reaksi yang berbeda atau menyimpang dari normal terhadap berbagai rangsangan/zat dari luar tubuh. Misalnya debu, makanan, obat-obatan, dan sebagainya. Selain itu alergi atau hipersesitivitas mempunyai arti kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.
Bagaimana gejala-gejala yang timbul ketika Alergi? Gejala klinis alergi sebagian besar mengenai saluran cerna karena bagian inilah yang melakukan kontak pertama kali dengan makanan penyebab alergi. Gejala lainnya, bengkak dan gatal di bibir sampai lidah dan orofarings, nyeri dan kejang perut, serta muntah sampai diare berat dengan tinja berdarah. Selain itu bisa menimbulkan peradangan dan pengeluaran cairan yang berlebihan baik pada hidung maupun mata. Sangat jelas, alergi sangat mengganggu kesehatan.
Jenis jinis alergi, Alergi Rinitis adalah peradangan rongga hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi. Sering terjadi pada semua umur, yang disebabkan oleh faktor keturunan. Orang yang sering terserang menyebabkan bersin-bersin. Gejalanya : Bersin-bersin, hidung berair, pilek dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan mata merah dan berair. Hidung tersumbat. Alergi susu adalah alergi makanan, suatu reaksi ketidak-tahanan tubuh terhadap suatu protein makanan yang biasanya tidak berakibat apa-apa pada orang yang tidak alergi. Alergi kulit adalah hypersensitifitas kulit yang sangat rentan terhadap bahan/senyawa mulai dari komestik, detergen, sabun mandi, perhiasan imitasi, kain yang kasar dan pakaian yang lembab atau yang terlalu ketat yang dapat menimbulkan gatal atau makanan tertentu. Masih ada jenis-jenis alergi yang lainnya.
Penyebab dan pemicu Alergi yaitu Penyebab dan pemicu Misalnya : debu, serbuk, asap rokok, parfum, rambut, bulu binatang, jenis binatang, jenis makanan tertentu dan perubahan udara maupun cuaca. Alergi, kata Zakiudin, bisa disebabkan karena faktor genetik. Ini berarti, jika orang tua memiliki gejala alergi, maka kemungkinan besar anaknya juga akan terkena.

Mengatasi Alergi

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi :

o   Menjaga kelembaban ruangan dengan mengatur sirkulasi angin dan udara.
o   Menjaga kebersihan pakaian dan mengganti sprei sedikitnya seminggu sekali.
o   Mebersihkan pekarangan dan memastikan tidak ada tumpukan sampah & genangan air yang akan menjadi tempat timbulnya jamur.
o   Konsultasi dengan dokter dan melakukan tes alergi untuk mengetahui allergen-allergen yang harus dihindari. Gejala yang mungkin terjadi akibat alergi adalah: rasa gatal pada tenggorokan; gatal pada mulut; gatal pada mata; gatal pada kulit atau bagian tubuh lainnya; sakit kepala; hidung tersumbat atau hidung meler; sesak napas; bengek; kesulitan menelan; mendadak pilek dan bersin-bersin, dll.
o   Pengobatan alergi tergantung pada jenis dan berat gejalanya. Tujuan pengobatannya bukanlah menyembuhkan melainkan mengurangi gejala dan menghindari serangan yang lebih berat di masa yang akan datang. Gejala yang ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian.
Pemberian Antihistamin dapat membantu meringankan berbagai gejala. High-Desert Aller Bee-Gone Penanganan alergi yang paling tepat bukanlah dengan obat-obatan melainkan dengan cara menghindari allergen. Secara teoritis, alergi memang tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi frekuensi dan berat serangannya. Namun sering sekali dalam keseharian, allergen sulit dihindari. Untuk itu, diperlukan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah alergi.
Pencegahan alergi
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi :
o   Jagalah kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun diluar industry atau perusahaan. Hal ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam ruangan ataupun gudang yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi.
o   Kebersihan diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari tertumpuknya daki yang dapat pula menjadi sumber rangsangan terjadinya reaksi alergi. Untuk mandi, haruslah menggunakan air hangat seumur hidup, dan usahakan mandi sore sebelum PK.17.00'. Sabun dan shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan shampoo untuk bayi.Dilarang menggunakan cat rambut.
o   Jangan menggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, obat-obat anti nyamuk. Jika di rumah anda terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket anti nyamuk.
o   Pendingin udara (AC) dapat digunakan pada rungan kantor-kantor pada perusahaan, tetapi tidak boleh terlalu dingin dan tidak boleh lebih dari PK.24.00'
Pengobatan alergi
Pengobatan alergi dilakukan dengan farmakoterapi yang memperhitungkan keamanan, efektifitas dan kemudahan dalam pemberiannya. imunoterapi serta edukasi pasien. Salah satu farmakoterapi yang dianjurkan dalam pengobatan alergi adalah dengan obat anti histamin dari generasi terbaru seperti cetirizin.
          Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan
Contoh :
o   Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.
o   Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.
Ø  Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.
Contoh :
o   Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium
o   Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen sulphide
Ø  Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh :
o   Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru ) mesothelioma), Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates, beryllium
Ø  Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang manusia. Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh adalah aborsi spontan.
Contoh :
o   Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejah teraan atau ketidak nyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat. Higene industri dapat dikatakan sebagai juru bicara antara profesi keselamatan dan kedokteran.Adapu ruang lingkup hygiene industry terdiri dari antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengontrolan.Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan industry yaitu bahaya fisik, bahaya kimia, factor biologi, ergonomic dan factor psikologi.
B. Saran
Agar pekerja bisa nyaman dan produktif perlu upaya untuk meminimalkan bahaya di tempat kerja(factor fisika dan factor kimia). Upaya untuk melakukan pengendalian bahaya tersebut meliputi: eliminasi, substitusi,isolasi dan rekayasa enginering, upaya administrasi dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)


DAFTAR PUSTAKA
Percival.Pott.1775.kesehatan pekerja industy:ingris
Suma’mur.1976.Higiene Perusahaan.bandung.