Tugas individu
HYGIENE INDUSTRY”
disusun oleh :
andryah
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PAREPARE
2012/2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas
berkah dan rahmatNya kami masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk
menyelesaikan tugas makalah ini,shalawat dan taslim tak lupa pula kita krimkan
kepada kekasih ALLAH SWT, rasulullah MUHAMMAD SAW,yang telah mengantarkan kita dari
alam kehinaan menuju alam yang terang benderang.
Alhamdulillah Makalah ini disusun guna
menyelesaikan tugas mata kuliah “DASAR-DASRA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA”,
kami sebagai penyusun telah mengumpulkan beberapa sumber,kajian dan literatur
lainnya guna menyelesaikan tugas makalah ini yang dimana membahas mengenai ”hygiene
industry” .
Rampungnya tugas makalah ini akibat
usaha,solidaritas,dan kerja keras teman-teman sekalian khususnya buat saya tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak Anugrah Perdana , SKM , M.kes yang telah memberikan arahan,saran dan
semangatnya guna merampungkan tugas makalah ini.
Makalah ini tentunya mempunyai kekuranagan dan
kesalahan,maka dari itu kami sebagai penyusun sangat membutuhkan saran,serta
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga pembahasan yang terdapat dalam makalah ini
dapat memberikan manfaat,inspirasi,dan menambah wawasan mengenai Program
kesehatan dan keselamtan kerja bagi setiap pembacanya dimanapun berada. Amin ya
rabbal alam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan
lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau
Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja
adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu
Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko
akibat lingkungan kerja diantaranya melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian
dan melakukan tindakan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko
bagi tenaga kerja yang mungkin dihadapi di lingkungan kerjanya, maka perlu
adanya personil di lingkungan industri yang mengerti tentang hygiene industri
dan menerapkannya di lingkungan kerjanya.
B. Kajian teori
Seperti
halnya profesi yang lain, menentukan kapan pertama kalinya praktek higiene
industri dilakukan sangat sulit untuk ditentukan, bahkan hampir mustahil.
Namun, kita bisa mulai menjawabnya dengan mengidentifikasi kapan manusia mulai
menyadari adanya bahaya di tempat kerja dan bagaimana cara mengendalikannya.
Pada tahun 370 SM, seorang dokter yang bernama Hippocrates (460-370SM) membuat tulisan tentang penyakit akibat kerja, keracuan timbal pada pekerja pertambangan dan metalurgi. Tulisannya ini merupakan tulisan pertama dalam bidang kedokteran kerja (occupational medicine).
Pada awal abad pertama setelah masehi, Plinius Secundus (Pliny the Elder) menulis bahwa ”sedikit penambang …..menyelimuti mukanya dengan loose bladder (kain penutup yang terbuat dari kandung kemih binatang), yang memungkinkan mereka melihat tanpa menghirup debu-debu yang berbahaya”. Dari tulisannya tersebut kita melihat bahwa pada awal abad pertama setelah masehi, Pliny berhasil mengidentifikasi adanya bahaya debu di tempat kerja dan menuliskan bagaimana sebagian pekerja telah berusaha melakukan kontrol terhadap bahaya tersebut dengan menggunakan alat pelindung diri berupa loose bladder. Pada tahun 1473, Ellenbog mengenali bahaya dari uap logam dan menggambarkan gejala-gejala akibat keracunan uap logam timbal dan merkuri. Ellenbog juga memberikan beberapa saran bagaimana cara mencegah keracunan tersebut.
Pada tahun 1556, Georgius Agricola menerbitkan tulisan De Re Metallica menyatakan bahwa semua aspek di industri pertambangan, peleburan dan penyulingan, tidak ada yang terbebas dari penyakit dan celaka, dan alat yang bisa digunakan untuk mencegah penyakit dan celaka tersebut adalah ventilasi. Dilanjutkan dengan adanya hasil penelitian yang luar biasa dari Paracelsus, pada tahun 1567 tentang penyakit respirasi pada pekerja pertambangan disertai penjelasan tentang keracunan merkuri.
De Morbis Artificium Diatriba (penyakit para pekerja) merupakan tulisanpertama yang dianggap sebagai risalah lengkap dalam bidang penyakit akibat kerja. Tulisan ini adalah hasil karya Bernardino Ramazzini (1633-1714), yang dikenal sebagai Bapak kedokteran kerja (occupational Medicine) dan diterbitkan pada tahun 1713. Melalui observasinya sendiri, Ramazzini menggambarkan dengan sangat akurat stratifikasi dari pekerjaan, bahaya yang ada di tempat kerja tersebut dan penyakit yang mungkin muncul akibat pekerjaan tersebut. Meskipun Ramazzini memberikan cara pencegahan penyakit tersebut, seperti perlunya menutupi wajah untuk menghindari debu, tetapi kebanyakan dari rekomendasinya bersifat terapi dan kuratif.
Pada tahun 1775 Percival Pott, menyatakan bahwa para pekerja pembersih cerobong asap di Inggris menderita penyakit kanker skrotum. Percival Pott menekankan bahwa adanya jelaga dan kurangnya higiene di cerobong asap yang menyebabkan terjadinya kanker skrotum. Dari penelitiannya ini, maka Percival Pott menjadi Occupational epidemiologist pertama dalam sejarah.
Baru pada abad ke-19, dua orang dokter yakni Charles Thackrah di Inggris dan Benjamin W. Mc Cready di Amerika, memulai lahirnya literatur modern dalam bidang rekognisi penyakit akibat kerja. On the influenece of Trades, Professions, and Occupations in the United States, in the Production of disease, hasil karya Benjamin Mc Cready, merupakan literatur kedokteran kerja pertama yang dipublikasikan di Amerika.
Pada tahun 370 SM, seorang dokter yang bernama Hippocrates (460-370SM) membuat tulisan tentang penyakit akibat kerja, keracuan timbal pada pekerja pertambangan dan metalurgi. Tulisannya ini merupakan tulisan pertama dalam bidang kedokteran kerja (occupational medicine).
Pada awal abad pertama setelah masehi, Plinius Secundus (Pliny the Elder) menulis bahwa ”sedikit penambang …..menyelimuti mukanya dengan loose bladder (kain penutup yang terbuat dari kandung kemih binatang), yang memungkinkan mereka melihat tanpa menghirup debu-debu yang berbahaya”. Dari tulisannya tersebut kita melihat bahwa pada awal abad pertama setelah masehi, Pliny berhasil mengidentifikasi adanya bahaya debu di tempat kerja dan menuliskan bagaimana sebagian pekerja telah berusaha melakukan kontrol terhadap bahaya tersebut dengan menggunakan alat pelindung diri berupa loose bladder. Pada tahun 1473, Ellenbog mengenali bahaya dari uap logam dan menggambarkan gejala-gejala akibat keracunan uap logam timbal dan merkuri. Ellenbog juga memberikan beberapa saran bagaimana cara mencegah keracunan tersebut.
Pada tahun 1556, Georgius Agricola menerbitkan tulisan De Re Metallica menyatakan bahwa semua aspek di industri pertambangan, peleburan dan penyulingan, tidak ada yang terbebas dari penyakit dan celaka, dan alat yang bisa digunakan untuk mencegah penyakit dan celaka tersebut adalah ventilasi. Dilanjutkan dengan adanya hasil penelitian yang luar biasa dari Paracelsus, pada tahun 1567 tentang penyakit respirasi pada pekerja pertambangan disertai penjelasan tentang keracunan merkuri.
De Morbis Artificium Diatriba (penyakit para pekerja) merupakan tulisanpertama yang dianggap sebagai risalah lengkap dalam bidang penyakit akibat kerja. Tulisan ini adalah hasil karya Bernardino Ramazzini (1633-1714), yang dikenal sebagai Bapak kedokteran kerja (occupational Medicine) dan diterbitkan pada tahun 1713. Melalui observasinya sendiri, Ramazzini menggambarkan dengan sangat akurat stratifikasi dari pekerjaan, bahaya yang ada di tempat kerja tersebut dan penyakit yang mungkin muncul akibat pekerjaan tersebut. Meskipun Ramazzini memberikan cara pencegahan penyakit tersebut, seperti perlunya menutupi wajah untuk menghindari debu, tetapi kebanyakan dari rekomendasinya bersifat terapi dan kuratif.
Pada tahun 1775 Percival Pott, menyatakan bahwa para pekerja pembersih cerobong asap di Inggris menderita penyakit kanker skrotum. Percival Pott menekankan bahwa adanya jelaga dan kurangnya higiene di cerobong asap yang menyebabkan terjadinya kanker skrotum. Dari penelitiannya ini, maka Percival Pott menjadi Occupational epidemiologist pertama dalam sejarah.
Baru pada abad ke-19, dua orang dokter yakni Charles Thackrah di Inggris dan Benjamin W. Mc Cready di Amerika, memulai lahirnya literatur modern dalam bidang rekognisi penyakit akibat kerja. On the influenece of Trades, Professions, and Occupations in the United States, in the Production of disease, hasil karya Benjamin Mc Cready, merupakan literatur kedokteran kerja pertama yang dipublikasikan di Amerika.
C. Komponen dan Ruang Lingkup Higiene Industri
Menurut Suma’mur (1976) Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap derajat Kesehatan yang setinggi- tingginya.
Sehingga Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat masyarakat.
Menurut Suma’mur (1976) Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap derajat Kesehatan yang setinggi- tingginya.
Sehingga Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat masyarakat.
Sampai
saat ini, jumlah angkatan kerja yang bekerjapada sektor-sektor industri baik
industri pemerintah maupun swasta, sektor formal maupun informal, semakin
bertambah seiring dengan perkembangan proses industrialisasi.
Akibat
perkembangan industrialisasi, maka diperkirakan kedepan akan terdapat dua
wilayah pola penyakit di Indonesia yang dapat mengenai tenaga kerja, yaitu
penyakit infeksi yang memang akan terus ada dan penyakit non infeksiyang
disebabkan oleh non-living organisme atau non-living contaminants seperti
zat-zat kimia, debu, panas,logam-logam berat, tekanan mental, perilaku hidup
tidak sehat, dan lain-lain.
Beberapa
jenis penyakit non infeksi sebagai salah satu dampak industrialisasi antara
lain : pneumokoniosis, penyakit kanker, penyakit kardiovaskuler, keracunan
zat-zat kimia/logam berat, ketulian akibat bising, kecelakaan akibat kerja dan
lain-lain. Semua dampak tersebut di atas dengan mudah dapat terjadi apabila
upaya-upaya perlindungan terhadap tenaga kerja dan pembinaan/pengawasan
lingkungan kerja tidak mendapat perhatian.
D. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud higiene industry?
2. Apa saja yang menjadi ruang lingkup hygiene
industry?
3. Bagaimana potensi bahaya pada faktor fisika
dan factor kimia yang terjadi dalam hygiene industry?
E. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari hygiene
industry.
2. Dapat mengetahui ruang lingkup hygiene industry.
3. Mengetahui Potensi bahaya di lingkungan
industry dan mengetahui factor kimia dan fisik yang terjadi di dalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi hygiene industry
Higiene
industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan
atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan
sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti
bagi pekerja maupun warga masyarakat juga merupakan Ilmu dan seni yang
mencurahkan perhatian pada pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan
dan stress yang muncul di tempat kerja yang mungkin menyebabkan kesakitan,
gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau menimbulkan ketidaknyamanan pada
tenaga kerja maupun lingkungan.
B. Ruang lingkup higiene industri
Ruang
lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode dalam
implementasi Hygiene Industri, dimana urutan ini tidak bisa dibolak balik dan
merupakan suatu siklus yang tidak berakhir (selama aktivitas industry
berjalan).
Ruang
lingkup hygiene industry terdiri dari :
1. Antisipasi
Antisipasi
merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja.
Tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene industri di tempat kerja.
a) Adapun tujuan dari antisipasi adalah :
·
Mengetahui
potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko
yang nyata.
·
Mempersiapkan
tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
·
Meminimalisasi
kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau suatu
area dimasuki.
b) Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu :
·
Pengumpulan
Informasi/data
Pengumpulan
dan analisi data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam
lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkah-langkahnya biasanya disebut
strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan dan data yang
telah diperoleh. Secara umum langkah-langkahnya ada kesamaan antara satu
penelitian dengan penelitian lainnya, tetapi di dalamnnya ada variasi.
·
Perencanaan
Meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informasn-informan sebagai sumber data. Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposive.
Meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informasn-informan sebagai sumber data. Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposive.
·
Memulai Pengumpulan Data
Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan hubungan baik, menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data. Peneliti memulai wawancara dengan beberapa informan yang telah dipilih kemudian dilanjutkan dengan teknik bola salju. Pengumpulan data melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan, dan data dokumen. Data dikelompokkan secara intnesif kemudian diberi kode agar memudahkan dalam analisis data.
Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan hubungan baik, menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data. Peneliti memulai wawancara dengan beberapa informan yang telah dipilih kemudian dilanjutkan dengan teknik bola salju. Pengumpulan data melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan, dan data dokumen. Data dikelompokkan secara intnesif kemudian diberi kode agar memudahkan dalam analisis data.
·
Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi. Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan dan dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integrative.
Pengumpulan data diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi. Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan dan dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integrative.
·
Pengumpulan Data Penutup
Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi. Batas akhir penelitian tidak bias ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti. Peneliti pengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau ditemukan lagi data baru.
Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi. Batas akhir penelitian tidak bias ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti. Peneliti pengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau ditemukan lagi data baru.
·
Melalui
studi literature
·
Mempelajari
hasil penelitian
·
Dokumen-dokumen
perusahaan
·
Survey
lapangan
·
Analisis dan diskusi
·
Diskusi
dengan pihak terkait yang kompeten
·
Pembuatan
Hasil. Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya
dan risiko yang dapat dikelompokkan:
o
Berdasarkan
lokasi atau unit yaitu mencakup tempat bahaya yang mungkin bisa terjadi pada
para tenaga kerja yang sementara berinteraksi di dalam perusahaan.
o
Berdasarkan
kelompok pekerja yaitu mencakup usia produktif dalam bekerja. dapat berupa kelompok
usia para pekerja yang mempengaruhi kinerjanya dalam bekerja, yang ketika batas
ketentuan usia kerjanya masih di pekerjakann dapat beresiko tinggi mengalami
bahaya.
o
Berdasarkan
jenis potensi bahaya. Secara garis besar potensi bahaya dikelompokan kedalam
bahaya mekanis, bahaya elektris, bahaya kimawi, bahaya radiasi, bahaya
biologis, bahaya ergonomis serta bahaya kebakaran atau ledakan.
Bahaya mekanis di lingkungan industry farmasi antaa lain Bahaya kejatuhan benda
asing, misalnya ditemukan di lingkungan pergudangan. Kegiatan material handling
digudang adalah contoh Aktifitas yang beresiko terhadap bahaya mekanis, untuk
itu personel gudang harus sudah memahami dan secara konsisten
melaksanakan safety prosedur material handling. Peralatan yang digunakan
misalnya lifter, helm pelindung, rak dll harus dipastikan memenuhi standar
keselamatan. Personel yang bekerja sudah terlatih dan menggunakan APD yang
memadai. Operator lifter harus sudah menjalankan pelatihan dan bersertifikat
dari Departemen atau badan terkait.
Bahaya
terkena bagian mesin yang bergerak. Di bagian produksi atau bagian teknik
ada mesin mesin yang dengan bagian bergerak secara mekanis, misalnya vanbelt,
roda gigi, piston, punch & Dies, tuas dll. Gerakan ini dapat menimbulkan
resiko terhadap keselamatan operator misalnya terjepit, terpotong, tersrempet
dll. Untuk itu perlu diperhatikan bahwa semua bagian mesin yang bergerak
tersebut harus ditutup agar tidak membahayakan operator, bila memungkinkan
dipasang alat pengaman yang bisa mematikan mesin secara otomatis bila cover
dibuka. Perlu juga diberikan papan peringatan agar operator sadar akan potensi
bahaya bagian mesin yang bergerak.
Bahaya
terkena uap atau cairan panas. Beberapa mesin yang yang digunakan di lingkungan
produksi menggunakan pasokan steam untuk mengoperasikannya. Penyimpanan
Purified Water dan Water for Injection juga menggunakan sirkulasi dalam loop
system yang dipanaskan pada suhu 70 – 90° C. Kesalahan prosedur yang dilakukan
oleh operator atau kebocoran pada valve dapat menimbulkan resiko terkena cairan
panas. Penempatan safety valve yang terlalu dekat dengan work station dapat
melukai operator yang bekerja. Pipa utility yang tidak diberi insulasi dan
penandaan yang memadai juga berpotensi menimbulkan luka yang serius. Harus
diberi peringatan yang jelas peralatan peralatan yang menimbulkan bahaya panas
misalnya hot plate diberi tulisan “AWAS PANAS”.
Bahaya
bekerja diruang tertutup. Harus ada prosedur ketat jika ada tangki yang cara
pembersihannya personel harus masuk kedalam. Pastikan bahwa bahan didalam
tangki tidak ada bahan yang bersifat toksis, dan personel bekerja dilengkapi
dengan peralatan yang memadai serta melaksanakan semua safety prosedur dengan
benar, untuk memastikan hal itu personel tersebut tidak boleh bekerja seorang
diri, harus didampingi oleh petugas lain serta dipastikan prosedur LOTO (loct
out tag out) sudah dilaksanakan dengan benar. Namun tetap harus diusahakan agar
cara pembersihan seperti ini dihindari, digantikan dengan system yang lebih aman
misalnya metode CIP dan SIP yang selain hasilnya lebih baik juga lebih aman.
Kondisi
udara dengan kelembaban terlalu rendah. Harus diatur agar personel yang bekerja
di ruang produksi dengan kelembaban udara yang sangat rendah agar secara
periodik keluar dari ruangan dan minum air yang cukup agar tidak mengalami
dehidrasi.
Bahaya
kebisingan. Suara mesin yang tingkat kebisingannya lebih dari 85 db peronel
yang bekerja harus menggunakan pelindung telinga dan lain-lain.
2. Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan
untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan
menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang
objektif dan bias dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita
melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang
konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat
dll. Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
·
Mengetahui
karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity, pola
pajanan, besaran).
·
Mengetahui
sumber bahaya dan area yang berisiko.
·
Mengetahui
pekerja yang berisiko
3. Evaluasi
Pada
tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel
dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan
kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan
hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau
tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan
dokumen data di tempat kerja. Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
·
Untuk
mengetahui tingkat risiko yang mungkin akan terjadi pada para pekerja.
·
Untuk
mengetahui pajanan pada pekerja
·
Untuk
memenuhi peraturan (legal aspek) yang di keluarkan oleh instansi atau
perusahan.
·
Untuk
mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
·
Untuk
memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja sehingga resiko
terjadinya kecelakaan bisa terkontrol.
·
Mengetahui
jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik
4. Pengontrolan
Ada 6 tingkatan
Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
1. Eliminasi merupakan upaya menghilangkan
bahaya dari sumbernya serta menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang
berpotensi bahaya.
2. Substitusi merupakan Modifikasi proses
untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan mengurangi bahaya, Pengendalian
bahaya kesehatan kerja dengan mengubah beberapa peralatan proses untuk
mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk
diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
3. Isolasi yaitu Menghapus sumber paparan
bahaya dari lingkungan pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau
menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi
kontrol kamar.
4. Engineering control merupakan Pengendalian
bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja.
5. Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang
ditimbulkan.
6. Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti
bahan yang kurang berbahaya.
7. Proses kerja ditempatkan terpisah.
8. Menempatan ventilasi local/umum pada areal
kerja agar sirkulasi udara dapat terproses.
9. Administrasi control merupakan Pengendalian
bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan
kerja
10. Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan
kontak pekerja dengan sumber bahaya
11. Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan
langkah terakhir dari hirarki pengendalian. Jenis-jenis alat pelindung diri di klasifikasikan
berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.
a. Mata yaitu Sumber bahaya misalnya cipratan
bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder, proyektil, gas, uap dan
radiasi. APD: safety spectacles, goggle, faceshield, welding shield.
b. Telinga yaitu Sumber bahaya dapat berupa suara
dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
APD: ear plug, ear muff, canal caps.
APD: ear plug, ear muff, canal caps.
c. Kepala yaitu Sumber bahaya berupa tertimpa
benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda berputar. APD:
helmet, bump caps.
d. Pernapasan yaitu Sumber bahaya dapat berupa
debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
APD: respirator, breathing apparatus
APD: respirator, breathing apparatus
e. Tubuh yaitu Sumber bahaya dapat berupa temperatur
ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, semburan dari
tekanan yang bocor, penetrasi benda tajam, dust terkontaminasi.
APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket.
APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket.
f. Tangan dan Lengan yaitu Sumber bahaya dapat
berupa temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan listrik,
bahan kimia, infeksi kulit. APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.
g. Kaki yaitu Sumber bahaya berupa lantai
licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia dan logam
cair, aberasi. APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.
C. POTENSI BAHAYA FAKTOR FISIK DAN FAKTOR
KIMIA YANG TERJADI DALAM HYGIENE INDUSTRY
Faktor
lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja (occupational
health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia.
1. Bahaya
Fisik
Bahaya
faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja/tekanan panas,
getaran, radiasi dsb.
ü
Kebisingan
Kebisingan
mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera
pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa
in tensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan
(pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di
pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan
alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.
Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi.Sumber Suara Skala
intensitas(dB) :
·
Halilintar
120 Kantor gaduh 70
·
Meriam
110 Radio 60
·
Mesin
uap 100 Kantor pd umumnya 40
·
Jalan
yg ramai 90 Rumah tenang 30
·
Pluit
80 Tetesan air 10
ü
Penerangan
atau pencahayaan
Penerangan
yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena
mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh
karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan
kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan
pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari
kesalahan kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan
menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya.
Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing),
menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan
berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan
matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda.
Untuk
mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan
objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
·
Perbaikan
kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek
tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras
dengan warna objek yang dikerjakan.
·
Meningkatkan
penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja. Disamping itu
di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu
tersendiri.
ü
Getaran
Getaran
mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam
memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool”
berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ”
Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).
Peralatan
yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan
sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang
belakang.
2. Bahaya
Kimia
Bahaya
faktor kimia meliputi korosif,debu Pb, NOx, NH3, CO, dsb.
Ø Korosif
Bahan kimia yang bersifat korosif
menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata
dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh :
konsentrat asam dan basa , fosfor.
Pertolongan Pertama yang dapat dilakukan bila terkena Bahan Kimia Korosif:
Ada bahan kimia seperti asam sulfat, apabila terkena pada kulit manusia akan menimbulkan luka seperti luka bakar. Jika menemui korban dengan luka seperti itu, lakukan langkah-langkah berikut:
·
Bersihkan bahan kimia dari kulit dengan kain
bersih jika memungkinkan. Lalu bilas dengan air dingin yang mengalir selama 10
– 20 menit.
·
Lepas pakaian atau perhiasan yang juga ikut
terkena bahan kimia tersebut.
·
Balut bagian yang terkena bahan kimia dengan kain
bersih atau baju secara longgar.
·
Jika korban masih merasakan sakit/ panas, ulangi
membasuh bagian yang terkena bahan kimia dengan air dingin yang mengalir.
·
Jika perlu berikan obat pengurang rasa sakit
Luka
bakar karena bahan kimia biasanya tidak perlu perawatan medis lebih lanjut
selama lukanya kecil. Tetapi segera bawa ke dokter jika terjadi:
·
Korban
menunjukkan gejala shock seperti pingsan, kulit memucat dan napasnya pendek
tersengal-sengal.
·
Luka
bakarnya menembus lapisan pertama kulit, dengan luka bakar tingkat dua dan area
yang terkena berdiameter lebih dari 7,5 cm.
·
Bahan
kimia mengenai mata, wajah, telapak tangan, telapak kaki, persendian utama,
pangkal paha atau bokong.
·
Rasa
sakit yang timbul tidak mau hilang, meskipun sudah minum obat pengurang rasa
sakit.
Ø Racun Sistemik
Racun
sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh.
Contoh :
o Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
o Sistem syaraf peripheral :
n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
o Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene
glycol ethers
o Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated
hydrocarbons
o Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara
( pneumoconiosis )
Ø
Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan
pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti
eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat
menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak ).
Contoh :
o
Kulit : asam, basa,pelarut,
minyak.
o
Pernapasan : aldehydes,
alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
Reaksi Alergi
Apa yang dimaksud
dengan alergi? Alergi berasal dari bahasa Yunani yaitu allon atau argon.
Artinya adalah reaksi yang berbeda atau menyimpang dari normal terhadap
berbagai rangsangan/zat dari luar tubuh. Misalnya debu, makanan, obat-obatan,
dan sebagainya. Selain itu alergi atau hipersesitivitas mempunyai arti
kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam
bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik
(antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata
lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan
yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk
orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan
hipersensitivitas tersebut disebut allergen.
Bagaimana
gejala-gejala yang timbul ketika Alergi? Gejala klinis alergi sebagian besar
mengenai saluran cerna karena bagian inilah yang melakukan kontak pertama kali
dengan makanan penyebab alergi. Gejala lainnya, bengkak dan gatal di bibir
sampai lidah dan orofarings, nyeri dan kejang perut, serta muntah sampai diare
berat dengan tinja berdarah. Selain itu bisa menimbulkan peradangan dan
pengeluaran cairan yang berlebihan baik pada hidung maupun mata. Sangat jelas,
alergi sangat mengganggu kesehatan.
Jenis jinis alergi,
Alergi Rinitis adalah peradangan rongga hidung yang disebabkan oleh reaksi
alergi. Sering terjadi pada semua umur, yang disebabkan oleh faktor keturunan.
Orang yang sering terserang menyebabkan bersin-bersin. Gejalanya :
Bersin-bersin, hidung berair, pilek dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan
mata merah dan berair. Hidung tersumbat. Alergi susu adalah alergi makanan,
suatu reaksi ketidak-tahanan tubuh terhadap suatu protein makanan yang biasanya
tidak berakibat apa-apa pada orang yang tidak alergi. Alergi kulit adalah
hypersensitifitas kulit yang sangat rentan terhadap bahan/senyawa mulai dari
komestik, detergen, sabun mandi, perhiasan imitasi, kain yang kasar dan pakaian
yang lembab atau yang terlalu ketat yang dapat menimbulkan gatal atau makanan
tertentu. Masih ada jenis-jenis alergi yang lainnya.
Penyebab dan pemicu
Alergi yaitu Penyebab dan pemicu Misalnya : debu, serbuk, asap rokok, parfum,
rambut, bulu binatang, jenis binatang, jenis makanan tertentu dan perubahan
udara maupun cuaca. Alergi, kata Zakiudin, bisa disebabkan karena faktor
genetik. Ini berarti, jika orang tua memiliki gejala alergi, maka kemungkinan
besar anaknya juga akan terkena.
Mengatasi Alergi
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi :
o
Menjaga
kelembaban ruangan dengan mengatur sirkulasi angin dan udara.
o
Menjaga
kebersihan pakaian dan mengganti sprei sedikitnya seminggu sekali.
o
Mebersihkan
pekarangan dan memastikan tidak ada tumpukan sampah & genangan air yang
akan menjadi tempat timbulnya jamur.
o
Konsultasi
dengan dokter dan melakukan tes alergi untuk mengetahui allergen-allergen yang
harus dihindari. Gejala yang mungkin terjadi akibat alergi adalah: rasa gatal
pada tenggorokan; gatal pada mulut; gatal pada mata; gatal pada kulit atau
bagian tubuh lainnya; sakit kepala; hidung tersumbat atau hidung meler; sesak
napas; bengek; kesulitan menelan; mendadak pilek dan bersin-bersin, dll.
o
Pengobatan
alergi tergantung pada jenis dan berat gejalanya. Tujuan pengobatannya bukanlah
menyembuhkan melainkan mengurangi gejala dan menghindari serangan yang lebih
berat di masa yang akan datang. Gejala yang ringan biasanya tidak memerlukan
pengobatan khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian.
Pemberian
Antihistamin dapat membantu meringankan berbagai gejala. High-Desert Aller
Bee-Gone Penanganan alergi yang paling tepat bukanlah dengan obat-obatan
melainkan dengan cara menghindari allergen. Secara teoritis, alergi memang
tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi frekuensi dan berat serangannya.
Namun sering sekali dalam keseharian, allergen sulit dihindari. Untuk itu,
diperlukan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah alergi.
Pencegahan
alergi
Beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi :
o
Jagalah
kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun diluar industry atau perusahaan.
Hal ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam ruangan ataupun gudang
yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu sebagai rangsangan timbulnya reaksi
alergi.
o
Kebersihan
diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari tertumpuknya daki yang dapat
pula menjadi sumber rangsangan terjadinya reaksi alergi. Untuk mandi, haruslah menggunakan
air hangat seumur hidup, dan usahakan mandi sore sebelum PK.17.00'. Sabun dan
shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan shampoo untuk bayi.Dilarang
menggunakan cat rambut.
o
Jangan
menggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, obat-obat anti nyamuk. Jika di
rumah anda terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket anti nyamuk.
o
Pendingin
udara (AC) dapat digunakan pada rungan kantor-kantor pada perusahaan, tetapi
tidak boleh terlalu dingin dan tidak boleh lebih dari PK.24.00'
Pengobatan alergi
Pengobatan alergi dilakukan dengan farmakoterapi yang
memperhitungkan keamanan, efektifitas dan kemudahan dalam pemberiannya. imunoterapi
serta edukasi pasien. Salah satu farmakoterapi yang dianjurkan dalam pengobatan
alergi adalah dengan obat anti histamin dari generasi terbaru seperti
cetirizin.
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan
Contoh :
o
Kulit : colophony ( rosin),
formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.
o
Pernapasan : isocyanates,
fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.
Ø
Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana
adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada kapal,
silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak
boleh kurang dari 19,5% volume udara. Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah
atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.
Contoh :
o
Asfiksian sederhana : methane,
ethane, hydrogen, helium
o
Asfiksian kimia : carbon
monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen sulphide
Ø
Kanker
Karsinogen pada manusia adalah
bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada manusia. Kemungkinan
karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah terbukti
menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh :
o
Terbukti karsinogen pada
manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma);
2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru ) mesothelioma), Kemungkinan karsinogen pada
manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates, beryllium
Ø
Efek
Reproduksi
Bahan-bahan beracun
mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang manusia. Perkembangan
bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh negatif pada
keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh adalah aborsi spontan.
Contoh :
o
Manganese, carbondisulphide,
monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury. Organic mercury
compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Higiene
industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan
atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan
sakit, gangguan kesehatan dan kesejah teraan atau ketidak nyamanan yang berarti
bagi pekerja maupun warga masyarakat. Higene industri dapat dikatakan sebagai
juru bicara antara profesi keselamatan dan kedokteran.Adapu ruang lingkup
hygiene industry terdiri dari antisipasi, rekognisi, evaluasi dan
pengontrolan.Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan industry yaitu bahaya
fisik, bahaya kimia, factor biologi, ergonomic dan factor psikologi.
B.
Saran
Agar pekerja bisa nyaman dan produktif
perlu upaya untuk meminimalkan bahaya di tempat kerja(factor fisika dan factor
kimia). Upaya untuk melakukan pengendalian bahaya tersebut meliputi: eliminasi,
substitusi,isolasi dan rekayasa enginering, upaya administrasi dan menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD)
DAFTAR
PUSTAKA
Percival.Pott.1775.kesehatan
pekerja industy:ingris
Suma’mur.1976.Higiene Perusahaan.bandung.